Kamis, 29 April 2021

Mesut Özil dan Ramadhan-nya

                                            foto: dok.FB Mesut Ozil

Siapa tak kenal pemain sepakbola yang pernah bermain di klub beken Arsenal yang juga merupakan pemain andalan kesebelasan Jerman ini? Ya, Mesut Ozil, pesebakbola berkebangsaan Jerman keturunan Turki kelahiran Geselkirchen 15 Oktober 1988. Kecintaannya kepada sepak bola juga diimbangi dengan kehidupannya yang taat sebagai seorang muslim.

Karenanya tak mengherankan bila dia sering berdonasi kepada saudara-saudara sesama muslim di seluruh dunia. Di Bulan Ramadhan tak segan ia bersedekah begitu banyak demi membantu sesama. Di Ramadhan tahun 2021 ini Ozil menyumbang 101.000 Euro (sekitar 1.7 miliar rupiah) yang diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Turki (Red Crescent Society). Kemudian oleh lembaga Bulan Sabit Merah, donasi Mesut Ozil itu akan dibagikan kepada beberapa negara muslim lainnya, termasuk Indonesia salah satunya. Wah, alhamdulillah!

Jadi sumbangan tersebut dibagikan berupa 2.800 paket bantuan makanan kepada warga Turki yang membutuhkan, 1000 paker makanan ke Indonesia, 750 paket untuk Muslim Rohingya yang berada di kamp pengungsian di Bangladesh. Selain itu sumbangan tersebut juga dibagikan untuk berbuka puasa anak-anak yatim di Idlib Suriah, dan di Mogadishu (ibu kota Somalia) selama Ramadhan ini.

Kedermawanan Ozil diakui oleh presiden Bulan Sabit Merah Turki, Dr. Kerem Kinik bahwa Ozil selama bertahun-tahun menyumbang dan membuat ribuan anak di banyak negara tersenyum senang. Ketika tahun lalu dunia dilanda wabah Covid-19, Ozil tak sayang-sayang mengeluarkan uang 80.000 Poundsterling (sekitar 1,4 miliar rupiah) untuk disumbangkan kepada umat Islam yang terkena Covid-19.

Sebagai umat Islam, Mesut Ozil bangga dirinya sebagai muslim. Pernah ia mengunggah foto dengan kalimat, "I was a Muslim. I'm a Muslim. I'll be a Muslim. I'll die insyaallah as a Muslim and I'm proud of being a Muslim."


Di akun FB-nya pesepakbola yang mengantar tim Jerman menjadi juara dunia tahun 2014 ini mengucapkan selamat Ramadhan, "Ramadhan adalah bulan berkah, bulan ampunan, bulan rahmat dan kebebasan. Di bulan suci ini, perbanyak doa dan perbanyaklah berbuat baik - selamat Ramadhan untuk kalian semua."


Perbuatan baik akan mendatangkan kebaikan, begitulah sunatullah. Kiprah sosial Ozil yang membantu banyak orang pastinya juga banyak yang mendoakan kebaikan untuknya. Kita pun tak segan mendoakannya dan menirunya, bukan?


Jum'at, 18 Ramadhan 1442 (30 April 2021)

#30nulistemaRamadhan

Umar bin Khattab dan Pembesar Jahat




Masih ingat kan, tahun 2012 dulu film serial kisah tentang Khalifah Umar bin Khattab ikut menghiasi layar kaca dan ditonton banyak orang saat makan sahur. Bukan cuma di Indonesia, masyarakat muslim di banyak negara. Dan sekarang serial ini setiap Ramadhan kembali diputar di salah satu stasiun TV di saat sahur. Sejak Umar muda sampai nantinya tua dan meninggal. Saya masih menyaksikan film ini sambil makan sahur. Terus terang, Khalifah yang satu ini merupakan tokoh idola saya setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.


Umar bin Khattab manusia pilihan Allah yang ditakdirkan menjadi sahabat Rasulullah, meski sebelumnya dia sangat memusuhi Nabi dan membenci risalah Islam. Alhamdulillah Allah memberinya hidayah. Khalifah Umar dikenal sangat tegas menegakkan hukum dan sebagai pemimpin negara, namun sangat lembut terhadap orang yang lemah. 


Allah menurunkan keterangan tentang Umar ini di surat Al-An’am ayat 123 : “Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Namun mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya.”


Asbabun nuzul ayat tersebut menyatakan, Ibnu Abbas ra menuturkan, bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan Umar bin Khattab ra dan Abu Jahal. Rasulullah SAW pernah berdoa, “Ya Allah, kuatkanlah agama Islam ini dengan masuknya Umar bin Khattab dan Ammar bin Hisyam (Abu Jahal).” Allah mengabulkan doa ini, dengan masuk Islamnya Umar bin Khattab ra. (HR Abu Syaikh)


Alhamdulillah Umar bin Khattab menjadi pembesar atau pemimpin yang justru memajukan Islam, jauh dari sikap jahat. Dia melindungi orang miskin dan tegas kepada pejabatnya yang ingin mementingkan diri sendiri. Dia menggotong sendiri gandum untuk orang miskin yang kelaparan, menguatkan zakat, dan di masanya Islam menyebar.


Hikmah dari ayat ini adalah di antara sunnah Allah adalah pertarungan yang akan terus berlangsung antara kebenaran dan kebathilan serta antara keimanan dan kekufuran.


Subhanallah…

Semoga Allah melindungi kita. Aamiin ya Mujibassailin.


17 Ramadhan 1442.


.

Selasa, 27 April 2021

Bulan Ini Sangat Baik

Bulan ini bulan yang sangat baik
Untuk berkaca dan  bermuhasabah
Untuk mengenal lebih akrab lagi
Siapa diri kita?


Inilah bulan yang sangat baik
Untuk membaca diri sendiri
melewati Ramadhan bukan semata seremonial.



Di tengah kebisingan dunia,
Kita berada di mana?
Bila menjadi saleh harus pintar,
Bila menjadi baik harus banyak bicara,
Betapa lelahnya.

Menjadi lebih dekat kepada-Nya adalah harapan yang tanpa surut.

Ada banyak hari yang kita lalui
Maafkan aku, Ramadhan
Aku hanya bisa tertunduk malu
Engkau janjikan begitu banyak kebaikan
Tapi kami masih berkutat mencari jati diri.


Ramadhan, 28 April 202




Acara Buka Puasa nan Ribet

Adakah acara buka puasa yang ribet?Hm... ada juga, sih. Saat masih menjadi reporter, di saat bulan puasa saya sering menerima undangan berbuka puasa bersama. Ada yang memang acara buka bersama saja, ada juga yang mengundang acara untuk diliput di sore hari dan sekalian berbuka puasa.

Undangan-undangan tersebut saya penuhi sebagai bentuk menjaga hubungan dengan pihak pengundang. Apalagi jika undangannya berupa liputan, itu wajib datang karena kan harus meliput dan ditulis untuk media tempat saya bekerja.

Pihak penyelenggara pun bermacam-macam persiapannya. Yang membuat kami cukup repot adalah kalau sudah adzan, dan berbuka secukupnya kami yang muslim harus segera shalat. Waktu Magrib kan singkat, sekitar satu jam kemudiam sudah masuk shalat Isya.

Ada pengalaman-pengalaman yang masih terkenang sampai sekarang. Ada mal besar yang mengundang kami, sudah menyediakan tempat shalat tak jauh dari tempat makan. Karpet yang bersih digelar dan disediakan mukena bersih yang wangi. Kesempatan buka bersama di undangan lainnya, ketika mau shalat dikasih tahu petugas hotel tempat berbuka, mushola ada di lantai dasar. Untuk ke situ dari tempat kami makan belok kanan, turun eskalator atau lift, terus belok kiri lurus, mentok ke kanan sedikit (wow, banget!)


Pernah satu kali saya memenuhi undangan berbuka bersama di pusat perbelanjaan. Ketika sudah kelar berbuka secukupnya, saya mencari tempat shalat harus  ke lantai 4, sementara acara berbuka di lantai dasar. Saya naiklah ke lantai 4. Mushola umum, dan ketika sampai di situ yang antri wudhu panjang sekali, laki-laki dan perempuan jadi satu (ini merepotkan bagi muslimah berjilbab karena harus menyingsingkan lengan baju). Sebelum antri wudhu saya masuk ke dalam mushola, juga sempit. Saya lihat karpetnya berdebu. Saya tak jadi shalat di situ. Saya cari tempat lain di parkiran luar, sama saja. Musholanya sempit dan antrian mengular. Saya keluar gedung sekitar 300 meter, menuju pos polisi yang saya pernah lihat ada musholanya. Ya Allah, yang antri lelaki semua dan banyak pula. Alhasil saya pulang dan sampai rumah jelas sudah lebih malam, orang-orang sudah pulang Tarawih. Saya menyesal, shalat magrib terlewat dan buka puasanya cuma minum beberapa teguk air hanya untuk membatalkan puasanya. Langsung saya shalat qodho', lanjut Isya dan Tarawih di rumah.



#30nulistemaRamadhan

Minggu, 25 April 2021

Kenangan meliput bersama kapal perang KRI Arun

Ramadhan ini bangsa Indonesia berduka dengan tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 di utara perairan Bali. Seluruh prajurit yang berada di dalamnya dinyatakan gugur. Innalillahi wainna ilaihi roji’un.

Saya termasuk orang yang takut berada di laut. Mungkin karena sejak kecil saya berpikir, kalau berada di kapal laut ada apa-apa, mau lari kemana?

Ketika sudah menjadi reporter saya harus berada di kapal laut selama tiga hari. Suatu kali saya ditugaskan meliput kegiatan pesantren murid-murid SMA dari berbagai sekolah yang dilaksanakan di kapal perang KRI Arun. Selama tiga hari saya di kapal dari Tanjung Priuk ke Teluk Banten bersama reporter lain. Setengah hari kami singgah di Pulau Untung Jawa, karena para siswa ada kegiatan di sana dan kami mengikutinya kerena bagian dari reportase.




                                           foto: dok.wikipedia

Selain meliput kegiatan siswa agar tidak bosan saya kadang berdiri memandang laut dari geladak, yang sejauh mata memandang hanya air yang membentang. Kalau langit sedang mendung, laut jadi kelabu. Hati saya pun ikut terpengaruh agak takut. Jika langitnya cerah, laut pun cerah. Kadang ada satu dua lumba-lumba melompat dari dalam laut ke udara. Kalau ditepuki, sepertinya hewan mamalia itu senang dan akan melompat lagi. Mirip atraksi lumba-lumba di Ancol.

Lain kali kadang di sela-sela waktu saya dan reporter lainnya berbincang-bincang dengan prajurit angkatan laut yang juga menjadi awak kapal. Seru juga. Tak lupa saya bertanya, bagaimana prajurit angkatan laut yang bertugas di laut tidak bosan? Ya, ada saja kegiatannya. Kan, mereka juga ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Jadi tak ada rasa bosan.

Di antara obrolan kami, ada cerita yang menyeramkan. Kapal yang kami naiki itu kan sebelum dibeli oleh Indonesia, merupakan kapal perang RFA Green Rover milik kerajaan Inggris yang dipakai saat perang Malvinas di kepulauan Falkland tahun 1982. Dalam perang itu kapal ini jadi semacam rumah sakit yang menampung banyak korban yang terluka, atau yang sudah gugur. Kabarnya sering ada penampakan bule di lambung kapal tersebut. Karuan saja kami reporter yang perempuan jadi ciut mendengar kisah itu, dan kalau mau tidur enggak berani sendiri.

Oya, selama kegiatan di kapal KRI Arun, kami para reporter ditempatkan tidur di kamar-kamar prajurit angkatan laut yang dikosongkan karena untuk tempat kami tidur dan menyimpan barang. Tempat tidurnya tingkat mirip di asrama. Dan biasanya sebelum tidur kami ngobrol sampai akhirnya lelap. Kalau mau mandi, kamar mandi ada di luar kamar dan kami harus bergantian. Alhamdulillah air tersedia karena kami semua harus tahu diri untuk menghemar air. Ini kan di laut, kalau kurang air bagaimana?

Selama berlayar di laut Jawa selama tiga hari itu, saat jam makan tiba kami semua makan bersama. Semua siswa, guru-guru, awak kapal, dan kami tim peliput. Makan secara prasmanan, antri dengan tertib untuk mengambil makan. Saya bertanya kepada salah satu prajurit, siapa yang memasak makanan ini? Apakah membawa juru masak dari Jakarta? Olalaaa, yang memasak adalah para prajurit yang kebagian tugas di dapur. Hebat juga mereka, ya! Tapi kami kalau butuh cemilan ada cadangan, disediakan mie instan kemasan cup oleh panitia, jadi lumayanlah sebagai selingan makanan di laut.

Satu hal yang membuat saya bergetar adalah, jika waktunya shalat Magrib yang diadakan di buritan. Kami shalat berjamaah dan kapal melaju sangat pelan. Suasana langit sedang pergantian menuju malam dan matahari nyaris tenggelam. Di kejauhan tampak anak Krakatau yang waktu itu berasap. Allahu Akbar!

Itu kali pertama saya berada di kapal perang. Tak disangka tahun berikutnya saya meliput lagi kegiatan yang sama dengan kapal yang sama. Ah, apakah ini yang namanya cinta?☺


Tulisan ini saya tulis sebagai rasa bangga kepada TNI AL yang menjaga perairan kita.

#30nulistemaRamadhan

Hari Buku Sedunia dan Peradaban Literasi Islam

 

Tanggal 23 April diperingati sebagai Hari Buku Sedunia yang diprakarsai Unesco untuk menggalakkan kegiatan membaca buku, penerbitan, dan hak cipta. Selain itu pilihan tanggal 23 April juga mengambil hari wafatnya sastrawan legendaris, William Shakespeare.

Mengutip hasil penelitian terakhir Unesco sampai tahun 2020, minat baca orang Indonesia peringkat kedua dari bawah di seluruh dunia. Dengan kata lain peringkat ke-60 dari 61 negara pada level literasi membaca, atau 0,001%. Itu artinya cuma ada 1 orang yang suka membaca di antara 1000 orang.

Terlepas dari itu marilah kita tengok jauh ke belakang sebelum masa Shakespeare hidup. Di bulan Ramadhan yang mulia ini umat Islam diperintahkan memperbanyak membaca dan mempelajari Al-Qur’an karena di bulan inilah ada Nuzulul Qur’an. Islam mengajarkan umatnya untuk belajar dan membaca, seperti kata dalam wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah: Iqro! Bacalah! Di dalam Al-Qur’an banyak terkandung tentang sains dan teknologi yang kebenarannya banyak diakui ilmuwan masa kini.

Rasulullah SAW membawakan dan mengajarkan ayat-ayat Al-Quran yang masih sangat relevan sampai hari ini. Lewat beliau peradaban Islam dan ilmu pengetahuan berkembang dan menjadi cahaya rahmatan lil alamin. Para pengganti Rasulullah atau Kulafaur Rasyidin pun memajukan ilmu pengetahuan, dengan disusunnya Al-Quran sebagai kitab, pemberantasan buta huruf hingga banyak lahir para penghafal Qur’an. Sebutlah nama Aisyah, istri Rasulullah yang dikenal sebagai ibu para mukminin yang banyak meriwayatkan hadits yang bertahan sampai sekarang.

Dalam perkembangannya peradaban Islam melahirkan banyak ilmuwan dan cendekiawan. Sekitar tahun 1000 Al-Zahrawi sudah mempublikasikan jurnal ensiklopedia setebal 1500 halaman tentang operasi bedah. Jurnal berilustrasi tersebut digunakan di Eropa di masa 500 tahun berikutnya. Tak terbilang para ilmuwan muslim yang karyanya mendunia dan sayangnya diakui sebagai milik Barat di kemudian hari.

Ilmu pengetahun didapat dengan membaca dan belajar. Sangat relevan seruan Rasulullah yang disampaikan 14 abad lalu untuk masa sekarang ini :

“Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barangsiapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula.”

(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

 

*artikel ini sudah dimuat di website gerbangjakarta.poskota.co.id tanggal 24 April 2021

#30nulistemaRamadhan

Jumat, 23 April 2021

Oase Ramadhan

 

                                            foto: srisehry

Ramadhan,

Engkau hadir di tengah kami yang sedang gundah karena wabah,
Engkau datang di bumi yang selalu dikumandangkan adzan, suara-suara tilawah,
Hingga rintihan hamba-hamba yang berdoa.

Ramadhan,
Engkau hadir di tengah-tengah para raja dan pemimpin dunia,
Hingga rakyat jelata.
Dan hanya Allah yang Maha Tahu siapa di antara mereka yang kepada-Mu bertaqwa.

Ramadhan,
Engkau datang menyejukkan hati-hati kami yang resah,
Ya resah karena wabah bisa mengenai siapa saja,
Tapi kami sangat yakin bersama-Mu semua akan baik-baik saja.
Bukankah tak ada masalah besar karena kami punya Engkau Yang Maha Besar.

Ramadhan hari ke-12

Kamis, 22 April 2021

Hari Buku Sedunia, Ayo Membaca!




Hari ini tanggal 23 April adalah peringatan Hari Buku Sedunia. Awalnya peringatan yang diprakarsai UNESCO ini diadakan untuk mempromosikan peran kegiatan membaca buku, penerbitan dan hak cipta.

Bagi saya membaca dan menulis (dan menulis buku) adalah hal yang tak bisa dipisahkan. Dengan banyaknya informasi yang kita baca dari banyak sumber, membuat ide kita untuk menuangkan lewat tulisan pun terpanggil. Begitu pun jika ingin menulis tanpa membaca, ibarat mau bepergian tapi minim perbekalan. Bisa dibayangkan seperti apa, kan?

Seberapa besar minat baca orang Indonesia? Wow, memprihatinkan! Dari riset terakhir Unesco yang dilansir sampai tahun 2020 menyebutkan minat baca orang Indonesia peringkat kedua dari bawah sedunia, atau peringkat 60 dari 61 negara di dunia pada skala lietrasi membaca. Cuma 0,001%. Itu artinya di antara 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang suka membaca! Tentunya ini soal membca buku, ya. Padahal tingkat buta huruf rakyat Indonesia sampai 2019 sudah berkurang banyak, tinggal 1,78 persen dari seluruh rakyat Indonesia.

Ada dugaan, kebanyakan rakyat Indonesia lebih suka memegang gadget dibandingkan buku. Karenanya memengaruhi juga kebiasaan masyarakat yang tidak suka membaca banyak dan panjang dan lebih suka membaca tulisan singkat.

Selamat hari buku.

Buku apa yang sedang kamu baca sekarang?


Rawamangun, 23 April 2021



Rabu, 21 April 2021

Kebaikan Kurma

Kurma memang buah istimewa, dan identik dengan bulan puasa. Tapi kita di Indonesia meski tidak bulan puasa pun pedagang kurma di mana-mana dan di banyak kota juga banyak. Apa saja manfaat kurma?

                                            foto: freepik

 

1.    Kesukaan Nabi Muhammad SAW
Dalam satu buku tentang pengobatan ala Nabi disebutkan hadits sebagai berikut: Telah mengisahkan kepadaku Isma'il  bin Abdullah ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Sa'd dari bapaknya ia berkata, "Aku mendengar Abdullah bin Ja'far berkata, "Aku melihat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam makan kurma segar dengan qitsa' (sejenis mentimun)." (HR Bukhari)


2.    Membantu naiknya zat gula darah.
Kurma memang istimewa. Banyak yang menyediakan kurma di rumah tak hanya di bulan Ramadhan, karena bagus manfaatnya. Seorang yang mengalami hipoglikemia atau kekurangan zat gula darah cukup makan beberapa butir kurma, sebaiknya jumlahnya ganjil sesuai anjuran Rasulullah SAW. Kurma mengandung karbohidrat sederhana seperti gula/sukorsa dan fruktosa. Selain itu juga mengandung serat, protein, kalium, magnesium, zat besi, vitamin.

 

3.    Mengusir lapar seketika
Bila perut lapar dan terasa perih tapi tak ada makanan, makanlah paling tidak 3 butir kurma. Alhamdulillah perih di perut akan hilang, sebab kurma banyak mengandung karbohidrat.

 

4.    Melengkapi kesempurnaan berbuka
Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan, kurma bisa menguatkan penglihatan dan mujarab jika digunakan untuk berbuka dan lainnya. Syaikh Muhammad bin Solih al ‘Utsaimin pernah mengatakan, berbuka puasa dengan kurma tidak wajib (tetapi sunah). Namun berbuka puasa dengan kurma lebih sempurna dan lebih utama karena kita mencontoh Rasulullah.


*tulisan ini dimuat di website gerbangjakarta.poskota.co.id tanggal 21 April 2021

Selasa, 20 April 2021

R.A. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang dan Al-Baqarah ayat 257

 

Hari ke-9 bulan Ramadhan tahun 2021 ini bertepatan dengan hari lahir RA Kartini, yang juga diperingati sebagai Hari Kartini.



Tentang perjuangan Kartini yang membela hak-hak wanita di masa sebelum kemerdekaan, kita sudah tahu ya dari masa SD dulu. Kata-kata yang senantiasa ia tulis dalam surat-suratnya yang dia sampaikan kepada sahabatnya di Belanda, habis gelap terbitlah terang, begitu melegenda. Kalimat yang dalam Bahasa Belanda 'door duisternis tot licht' tak terlupakan hingga sekarang.

Dari berbagai sumber disebutkan, Kartini tadinya dilanda gelisah. Al-Quran sebagai kitab suci agamanya tidak dia ketahui artinya. Masa itu pemerintah Belanda melarang menerjemahkan Al-Qur’an. Para ulama juga belum ada yang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, apalagi Bahasa Jawa.

Kegelisahan Kartini dia ungkapkan lewat surat-surat yang dia kirim kepada sahabatnya di Belanda, Stella Zihandelaar. Sejarah menulis, tanggal 6 November 1899 R.A. Kartini mengungkapkan, bagaimana ia bisa mencintai agamanya jika tak boleh memahami isi kitab sucinya?

Allah Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Suatu hari pengajian bulanan yang dilakukan di rumah bupati Demak dihadiri K.H. Saleh Darat. Beliau mengajarkan tafsir Al-Quran di kota-kota di utara Jawa, termasuk Demak. Bupati Demak saat itu Pangeran Ario Hadiningrat adalah paman Kartini. Di pengajian tersebut Kyai Saleh Darat menjelaskan tafsir surat Al-Fatihah. R.A. Kartini tekesima dan tertarik dengan penjelasan Kyai Darat.

Sehabis pengajian Kartini meminta kepada Kyai Darat agar menerjemahkan surat Al-Fatihah ke dalam Bahasa Jawa agar dapat dimengerti orang banyak. Kyai Darat menerjemahkannya dalam huruf Arab pegon agar Belanda tidak curiga.

Kartini juga mengeluhkan kepada Kyai, sayang sekali isi Al-Quran yang begitu indah tidak bisa dipahami maknanya karena tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia karena Belanda melarangnya. Kartini wanita yang cerdas, dia tahu bagaimana mungkin orang Islam bisa beramal tanpa ilmu bila tidak tahu isi kandungan Al-Quran?

Kyai Darat tergugah hatinya. Beliau berusaha menerjemahkan Al-Quran dalam Bahasa Jawa aksara Pegon. Aksara Pegon adalah diturunkan langsung dari abjad Arab, yang diyakini masih bersaudara dengan abjad Persia yang juga sama-sama diturunkan dari abjad Jawa. Kerja keras Kyai Darat membuahkan hasil: terbitlah Kitab Tafsir Al-Quran Faidhur Rahman. Kitab tafsir tersebut dihadiahkan Kyai Saleh Darat sebagai hadiah pernikahan R.A. Kartini dengan R.M. Joyodiningrat, bupati Rembang.

R.A. Kartini begitu gembira. Sejak membaca kitab terjemahan karya Kyai Saleh Darat tersebut, Kartini mulai memahami agamanya dengan baik. Bahkan dia mulai meninggalkan pemahaman liberal yang didapatnya dari Belanda. Ketika memahami makna surat Al-Baqarah ayat 257, Kartini mendapat inpirasi gemilang. Kalimat dalam ayat tersebut yang berbunyi 

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)…”

Kartini tersentuh oleh ayat itu, dan dijadikannya kalimat yang ia selalu bawa, “Habis gelap terbitlah terang.”

Selamat Hari Kartini, semoga kita selalu terinspirasi olehnya untuk mencari kebenaran dari Al-Quran.


*disarikan dari berbagai sumber
#30nulistemaRamadhan


Rawamangun, 21 April 2021
9 Ramadhan 1442 H

Senin, 19 April 2021

Puasa, kok Mengisap Jambu?




Dulu banget waktu masih kecil, di awal-awal saya belajar puasa ada kejadian lucu. Namanya juga anak kecil, ngajinya juga banyak jiping alias ngaji nguping. Namanya juga nguping, kalau pendengaran lagi fokus, yang masuk ke otak bagus juga. Tapi kalau konsentrasi keganggu teman di kiri-kanan, kalau ustadz menjelaskan sesuatu, pendengaran pun bisa terganggu.

Ceritanya, saya pas kecil dulu itu puasa, karena yang saya tahu itu salah satu rukun Islam. Dimulai dari subuh hingga magrib, enggak boleh makan dan minum. Tidak boleh makan menurut saya yang masih kecil, ya enggak boleh menelan makanan. Dengan pandangan sederhana itu, saya puasa. Di tengah siang bolong, cuaca panas, tapi naluri anak-anak yang pengen bermain, ya bermainlah. Tahu-tahu saya dan teman nemu jambu air. Saya ambil dan cuci, lalu saya belah menjadi dua: satu buat saya dan satu buat teman. Saya dengan lugunya bilang ke teman, “Kita jangan makan jambu ini, cukup masukan ke mulut, terus hisap-hisap dan kita lepeh lagi.” Teman saya ngikut aja apa kata saya J

Jambu air dalam mulut saya kunyah, saya hisap airnya, dan saya lepeh. Hehehe… Tapi mungkin karena masih kecil, belum baligh, pikiran masih banyak merasa benar sendiri. Habis melakukan “mengisap jambu air” ada rasa bersalah. Sebagian bisikan hati bilang, itu enggak apa-apa enggak batal. Kan, jambunya tidak ditelan? Sebagian besar bisikan hati mengingatkan, jangan ulangi itu lagi kalau benar-benar mau puasa! Memasukkan apa pun ke dalam mulut apalagi sampai mencicipi rasanya membatalkan puasa, tauuu…

 Itulah ya, kenapa beragama perlu ilmu, perlu guru ngaji dan ulama, supaya kita enggak seenaknya bikin definisi sendiri yang kita jadikan pembenaran. Menuntut ilmu pun perlu kesabaran. Dan sabar jaminannya surga!

 

selamat berpuasa, ya!

Tulisan ke-8 tema Ramadhan
#30nulistemaRamadhan

Minggu, 18 April 2021

Andai Aku Bukan Ramadhan




Andai aku bukan Ramadhan
Maukah kau mengisi hari-hariku dengan tilawah?
Mengosongkan penat
hingga kerongkongan menahan dahaga?


Andai aku bukanlah Ramadhan
Akankah kau rela bangun malam?
Bersujud,
bermunajat kepada Zat yang kau cinta?

Jika aku bukan Ramadhan
Aku tahu hari-harimu sepi, terasa kering
Entah apa yang kau kejar dari pagi hingga petang
Terlintaskah olehmu akhirat yang kan kau jelang?




Rawamangun, Senin 19 April 2021

#30nulistemaRamadhan

Sabtu, 17 April 2021

Ramadhan-nya Abdullah bin Mas’ud

 

Saat jam makan sahur tadi pagi film kolosal ‘Umar bin Khattab di TV ditampilkan sahabat Rasulullah yang pemberani, Abdullah bin Mas’ud. Dia tak takut menunjukkan keislamannya di depan petinggi Quraish. Satu ketika di dekat Ka’bah, Abdullah bin Mas’ud dengan lantang dan merdu (dia memang dikenal ahli baca Qur’an terbaik) membacakan ayat-ayat surat Ar-Rahman. Suaranya yang bagus membuat banyak orang terkesima. Namun petinggi Quraisy yang tak suka ajaran Rasulullah, memukul dan menghina Abdullah bin Mas’ud sampai luka-luka. Namun ia tak jera. Begitulah sahabat yang begitu cintanya kepada Al-Qur’an yang diajarkan oleh Rasulullah.

 


Abdullah bin Mas’ud suatu kali ditanya oleh seseorang, bagaimanakah para sahabat dahulu dalam menyikapi Ramadhan? “Tidak seorang pun dari kami berani memasuki Ramadhan dengan masih menyimpan sebiji dzarrah rasa dengki terhadap sesama muslim.”

Bagi para sahabat, memastikan tak ada dengki dan hasad menjelang Ramadhan adalah pengantar untuk memasuki bulan yang mulia ini. Itulah salah satu cara penggugur keangkuhan. Hati dipersiapkan dengan sebaik mungkin karena berhubungan dengan interaksi sesama, meski tak terkait langsung dengan ibadah Ramadhan. Dengki dan hasad adalah sifat manusia yang mempengaruhi urusan muamalah dengan sesama, namun Abdullah bin Mas’ud dan para sahabat lainnya menjadikannya sebagai pembersih jiwa sebelum Ramadhan.Apalagi akhlak kepada Allah, lebih diprioritaskan lagi.

Begitulah Abdullah bin Mas’ud dan sahabat lainnya memantaskan diri menerima Ramadhan, bulan suci yang selalu ditunggu-tunggu sepanjang masa.

Tentang Abdullah bin Mas’ud, beliau salah satu sahabat Rasulullah yang mampu meniru sifat-sifat yang dicontohkan oleh beliau. Abdullah bin Mas’ud tinggal bersama Rasulullah dan mendampingi Rasulullah kemana pun beliau pergi. Karenanya Abdullah bin Mas’ud memiliki akhlak tinggi, terpelajar, dan sifat teladan lainnya. Dia juga menguasai ilmu Al-Qur’an.

Rasulullah berkata dalam salah satu haditsnya, “Pelajarilah Al-Qur’an dari empat orang ini, yaitu Abdullah bin Mas’ud, Salim Maula Abi Huzaifah, Ubay bin Ka’ab, dan Muadz bin Jabal.”

Baik juga kalau kita mengikuti jejak budi pekerti Abdullah bin Mas’ud, ya!


Rawamangun, Ahad, 18 April 2021

ket foto : dok. geocities

Jumat, 16 April 2021

Wanita yang diperbolehkan tidak berpuasa

Allah mengistimewakan wanita dengan syariat-Nya. Termasuk salah satunya dalam urusan berpuasa, utamanya puasa Ramadhan. Ada beberapa kondisi, di mana wanita boleh tidak puasa. Malah dalam kondisi tertentu tidak boleh berpuasa.



1.      Wanita Lanjut Usia
Bagi yang berusia lanjut dan tidak kuat menjalankan ibadah puasa, maka ia boleh berbuka atau tidak berpuasa. Namun ia harus mengganti sejumlah hari yang ditinggalkannya itu dengan memberi makan kepada fakir miskin.

Hal ini disebut oleh Rasulullah SAW: “Orang tua yang sudah lanjut usia diberikan keringanan untuk tidak berpuasa. Akan tetapi ia wajib memberi makan setiap harinya kepada fakir miskin dan ia tidak perlu meng-qadha’ puasa yang ditinggalkannya. (HR Daruquthni dishahihkan oleh Al-Hakim.

 

2.       Wanita Hamil dan Menyusui
Sebagian ulama berpendapat bahwa wanita hamil dan yang sedang menyusui bayi diperbolehkan tidak berpuasa bila tak mampu menjalankannya. Tetapi ia harus menggantinya di hari lain atau memberi makan kepada fakir miskin, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memaafkan setengah nilai shalat dari para musafir serta memberikan kemurahan bagi wanita hamil dan menyusui. Demi Allah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam telah mengatakan keduanya, salah satu atau keduanya.” (HR Nasa’i dan Tirmidzi)

 

3.       Para Wanita Musafir
Jika ada muslimah melakukan perjalanan yang tidak terlalu jauh, tetapi mencapai mencapai 84 mil jaraknya, diberikan kepadanya keringanan untuk berbuka. Sebagian ulama mengatakan, diperbolehkan berbuka sejak permulaan hari perjalanannya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 184: “Barangsiapa di antara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan, lalu berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.”

 

4.      4. Wanita yang haid atau nifas
Wanita yang sedang haid atau masa nifas tidak diperbolehkan berpuasa, dan wajib mengganti puasanya di hari lain sejumlah banyaknya hari saat tidak berpuasa. Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, “Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassallam masih hidup, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR Muslim)


Semoga Allah menerima ibadah puasa kita. Aamiin ya robbal ‘alamiin.

(Hari ke-5 puasa Ramadhan 2021)


*disarikan dari Kitab Fiqih Wanita, Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah

Kamis, 15 April 2021

Tetap Sehat Saat Puasa

 


Sedang berpuasa lantas kita terlihat loyo. Wah, jangan dong ya… Supaya tetap fit dan semangat selama puasa, kita perhatikan hal-hal berikut ini, ya…

Makan Tidak Langsung Banyak
Sekitar 14 jam berpuasa perut kita kosong. Saat berbuka kita tidak langsung makan banyak. Kasihan kan,  pencernaan makanan yang tadinya rileks tiba-tiba harus kerja keras mengolah makanan yang banyak. Perut kita bisa sebah dan tidak nyaman. Utamakan berbuka dengan makanan berserat seperti sayur dan buah, agar proses BAB (Buang Air Besar) lancar.


Berbuka Dengan Kurma
Kurma mengandung zat besi, mineral, dan kalium yang membuat tubuh kita tidak lemas saat berpuasa. Kalium ini juga punya tugas mengirim oksigen ke otak dan membantu cairan di tubuh kita seimbang. Selain saat berbuka, kita bisa menyantapnya saat sahur.


Kesehatan Mulut
Saat berpuasa bisa saja mulut kita bau. Sehabis sahur setelah menggosok gigi bisa juga kita berkumur-kumur dengan obat kumur. Hindari juga jenis makanan yang bisa mengundang bau tak sedap.


Jangan Sampai Kekurangan Cairan
Saatnya berbuka sampai sahur usahakan minum air sesuai kebutuhan kita. Jangan sampai kekurangan, agar tubuh kita tidak lemas karena kekurangan cairan. Hindari juga sekali minum dalam jumlah yang banyak. Setidaknya mengatur agar air minum yang masuk jumlahnya sesuai dengan kebutuhan (30 ml dikalikan berat badan).


Salat menyehatkan
Perbanyak salat sunah. Gerakan salat tarawih kita melakukan gerakan berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan berdiri lagi. Gerakan-gerakannya membuat badan kita bergerak, dan itulah yang membuat badan kita tetap sehat sepanjang hari-hari puasa. Di masa pandemi seperti sekarang kita bisa lakukan salat di rumah.

·             Bersepeda santai
        Salah satu kegiatan fisik yang membuat sehat dan menyenangkan                                 adalah bersepeda. Kita bisa melakukannya sore hari dengan santai saja di                 sekitar lingkungan perumahan kita. Seru, kan?


"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan."
(HR Muslim dan Ibnu Majah)

 *tema tulisan saya ini pernah dimuat di halaman Anak Kompas Minggu, dan saya edit lagi untuk blog saya ini.

Rabu, 14 April 2021

Memohon ampunan, kalau bukan sekarang kapan lagi?

Ramadhan adalah bulan ampunan, segala dosa diampuni tentunya dengan syarat dan ketentuan  yang berlaku. Sepanjang kita menjalankan perintah-Nya, beribadah penuh keimanan dan ridho, dan memohon sepenuhnya hanya kepada Allah.





Allah bersifat ghafur, hanya Dia yang mempunyai hak untuk memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya. Sifat tersebut juga berulang kali tercantum dalam Al-Qur’an. Allah menyeru semua umat manusia untuk bergegas kepada ampunan-Nya, di tengah-tengah kehidupan manusia yang bangga berbuat dosa, berbohong, berkhianat, tidak jujur, dan perbuatan maksiat lainnya.

Kenapa kita harus segera bergegas memohon ampun kepada Allah?

Pertama, karena kita tidak tahu kapan kematian akan datang menghampiri kita. Kematian adalah rahasia Allah, sedangkan memohon ampunan selalu terbuka selama kita masih hidup. Kata Ali bin Abi Thalib, kematian itu dekat. Bisa datang kapan saja meski tanpa didahuli sakit atau penyebab lain.

Kedua, pintu taubat tidak selamanya dibuka. Ada saat-saat Allah menutup pintu taubat, ketika ajal telah tiba. Rasulullah bersabda, “Bertaubatlah sebelum nyawa sampai kerongkongan.

Ketiga, sekarang ini Allah menyerukan hamba-hamba-Nya untuk segera bertaubat. Allah bukan sedang menunggu taubat hamba-Nya, melainkan sedang menjemput agar segera memohonkan ampunan-Nya. Masya Allah…

Keempat, kita bisa terlena karena mendapat nikmat hidup sehingga lupa untuk segera memohon ampun kepada Allah Subhana Wa Ta’ala. Nasihat Ali bin Abi Thalib, “Hai orang yang selalu sibuk dengan urusan dunianya, sudah memperdaya dirinya, panjang pula angan-angannya. Masih saja orang itu lalai sampai dekat kepada saat kematiannya.

Seruan Allah dalam surat At-Tahrim:8:

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".




Allah masih membuka pintu taubat dan ampunan lebar-lebar. Bukan maksud menakut-nakuti, kalau bukan sekarang kapan lagi?

 

#Tulisan3
#30tulisanRamadhan





Selasa, 13 April 2021

Deklarasi Indah dari Doa Berbuka Puasa

 



Setelah sekian belas jam kita berpuasa, saatnya berbuka adalah yang dinanti-nanti. Bukan cuma karena kita bisa melepas dahaga dan lapar, namun saat berbuka adalah saat dikabulkannya doa-doa.

Ketika berbuka puasa kita berdoa :

Dzahabadh dhoma-u wabtalatil uruqu wa tsabatal ajru insyaa-allah

Artinya: "Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap insya Allah."

Pada doa ini ada semacam deklarasi indah yang kita sampaikan kepada Allah, atas rahmat-Nya bagi muslimin dan muslimah yang berpuasa. Doa di atas menyadarkan kita, setelah berpuasa soal basah dan keringnya kerongkongan yang selama ini mungkin kita abaikan. Bayangkan ada orang yang sakit dan diinfus. Tubuhnya tidak kekurangan cairan, namun kerongkongannya kering dan haus sementara dia sedang tidak boleh minum.

Betapa nikmatnya saat berbuka urat-urat di kerongkongan kita telah basah, sebab rasa dahaga letaknya di kerongkongan. Ketika dehidrasi bias dipenuhi dengan infus, tetapi basahnya kerongkongan adalah nikmat tersendiri yang luar biasa. Karenanya doa berbuka puasa ini jadi semacam deklarasi syukur kita kepada Allah,

Selain itu, orang yang berpuasa senantiasa berprasangka baik kepada Allah, yang yakin bahwa perbuatan baiknya saat berpuasa disukai Allah dan mendatangkan pahala.

Ada doa berbuka puasa lainnya yang kita kenal juga:

Allaahumma lakasumtu wabika aamantu wa'alaa rizqika afthortu birahmatika yaa arhamar-roohimiina

Artinya : "Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah yang Tuhan Maha Pengasih."

Doa tersebut juga semacam deklarasi kita kepada Allah. Kita bisa berpuasa dan berbuka karena Allah, dan karena Dia-lah kita dimampukan melaksanakannya. Semua itu karena rahmat hanya dari-Nya,

Di atas semua itu, Allah menjamin bahwa doa orang yang berbuka puasa tidak tertolak.

”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzhalimi.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban)

Selamat menjalankan ibadah puasa, di hari kedua ini dan selanjutnya!


#tulisan2
#30tulisantemaRamadhan

Senin, 12 April 2021

Shaum, Shoimin, dan Shoimah

 

Alhamdulillah kita sudah memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang selalu dirindukan dibandingkan 11 bulan lainnya.

Puasa dalam bahasa Indonesia terjemahan dari shaum atau shiyam. Umat muslim yang menjalankan puasa disebut shoimin (laki-laki), dan shoimah (perempuan).

Orang-orang yang berpuasa (shoimin dan shoimah) menjalankan ibadah puasa bagaikan kekasih yang dengan tulus ikhlas menahan segala godaan – lapar, haus, nafsu – karena keimanan kepada-Nya, Zat yang cintainya. Pada setiap rasa nyeri karena lapar dan haus kita ingat kepada Allah yang sedang kita dekati untuk mencari ridho-Nya. Karenanya perintah berpuasa hanya diperuntukkan bagi orang beriman.



Shaum dan shiyam memiliki arti “bersikap pasif” dalam artian mengekang diri. Selain mengekang diri tidak makan dan minum dalam kurun waktu tertentu, kita juga menahan diri secara emosi, menahan bicara.

Kunci menjalakankan puasa adalah ikhlas, tidak hitung-hitungan pada berapa pahala yang akan kita terima. Intinya, kita berharap ridho Allah. Puasa hanya untuk-Nya.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

(HR Bukhari dan Muslim)

 

Rasulullah bersabda:
“Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan, ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabb-nya. (HR. Muslim)

 

Selamat bersenang-senang dalam ibadah bulan Ramadhan ini, ya shoimin dan shoimah! Semoga Allah meridhoi.

 

#tulisan1

#30tulisantemaRamadhan

Semangat, Jiwaku!

 



Bismillah,

Ada challenge 30 hari nulis blog pribadi selama Ramadhan.
Insya Allah,
Moga-moga Istiqomah.
Menghidupkan blog pribadi di bulan suci ☪️

Semangat, jiwaku.... 😍😍



Minggu, 11 April 2021

Shalat di saat safar di masjid As-Safar

 


 
 
Bila kita melakukan safar atau perjalanan dan tiba pas melintasinya tol Cipali, bisa mampir di rest area 260B di daerah Banjaratma, wilayah kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Dari jalan tol kelihatan bangunan seperti bata merah yang ditumpuk-tumpuk. Ternyata itu masjid. Namanya masjid As-Safar, sesuai benar untuk orang yang bersafar.
 

 
 
Masjidnya berada di belakang bangunan bekas pabrik gula zaman Belanda yang sudah disulap jadi tempat makan.
 
Masjid yang berarsitektur minimalis ini bikin nyaman. Dindingnya dikelilingi kolam ikan yang juga bisa menampung air hujan jika hujan turun. Cahaya di siang hari murni dari sinar matahari yang masuk lewat atas kolam ikan itu, juga dari celah-celah atap yang dipasangi kaca.
 

 
 
Yang bikin nyaman juga, tempat wudhu untuk laki-laki dan perempuan terpisah.
Allah meringankan kita saat safar dalam mengerjakan shalat.
Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ شَطْرَ الصَّلاَةِ
 
“Allah ‘azza wa jalla melepaskan dari musafir separuh shalat.”
(HR Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa-i dan Ibnu Majah)
 
foto-foto : Sri Sehry
 

Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

  Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan y...