Minggu, 25 April 2021

Kenangan meliput bersama kapal perang KRI Arun

Ramadhan ini bangsa Indonesia berduka dengan tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 di utara perairan Bali. Seluruh prajurit yang berada di dalamnya dinyatakan gugur. Innalillahi wainna ilaihi roji’un.

Saya termasuk orang yang takut berada di laut. Mungkin karena sejak kecil saya berpikir, kalau berada di kapal laut ada apa-apa, mau lari kemana?

Ketika sudah menjadi reporter saya harus berada di kapal laut selama tiga hari. Suatu kali saya ditugaskan meliput kegiatan pesantren murid-murid SMA dari berbagai sekolah yang dilaksanakan di kapal perang KRI Arun. Selama tiga hari saya di kapal dari Tanjung Priuk ke Teluk Banten bersama reporter lain. Setengah hari kami singgah di Pulau Untung Jawa, karena para siswa ada kegiatan di sana dan kami mengikutinya kerena bagian dari reportase.




                                           foto: dok.wikipedia

Selain meliput kegiatan siswa agar tidak bosan saya kadang berdiri memandang laut dari geladak, yang sejauh mata memandang hanya air yang membentang. Kalau langit sedang mendung, laut jadi kelabu. Hati saya pun ikut terpengaruh agak takut. Jika langitnya cerah, laut pun cerah. Kadang ada satu dua lumba-lumba melompat dari dalam laut ke udara. Kalau ditepuki, sepertinya hewan mamalia itu senang dan akan melompat lagi. Mirip atraksi lumba-lumba di Ancol.

Lain kali kadang di sela-sela waktu saya dan reporter lainnya berbincang-bincang dengan prajurit angkatan laut yang juga menjadi awak kapal. Seru juga. Tak lupa saya bertanya, bagaimana prajurit angkatan laut yang bertugas di laut tidak bosan? Ya, ada saja kegiatannya. Kan, mereka juga ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Jadi tak ada rasa bosan.

Di antara obrolan kami, ada cerita yang menyeramkan. Kapal yang kami naiki itu kan sebelum dibeli oleh Indonesia, merupakan kapal perang RFA Green Rover milik kerajaan Inggris yang dipakai saat perang Malvinas di kepulauan Falkland tahun 1982. Dalam perang itu kapal ini jadi semacam rumah sakit yang menampung banyak korban yang terluka, atau yang sudah gugur. Kabarnya sering ada penampakan bule di lambung kapal tersebut. Karuan saja kami reporter yang perempuan jadi ciut mendengar kisah itu, dan kalau mau tidur enggak berani sendiri.

Oya, selama kegiatan di kapal KRI Arun, kami para reporter ditempatkan tidur di kamar-kamar prajurit angkatan laut yang dikosongkan karena untuk tempat kami tidur dan menyimpan barang. Tempat tidurnya tingkat mirip di asrama. Dan biasanya sebelum tidur kami ngobrol sampai akhirnya lelap. Kalau mau mandi, kamar mandi ada di luar kamar dan kami harus bergantian. Alhamdulillah air tersedia karena kami semua harus tahu diri untuk menghemar air. Ini kan di laut, kalau kurang air bagaimana?

Selama berlayar di laut Jawa selama tiga hari itu, saat jam makan tiba kami semua makan bersama. Semua siswa, guru-guru, awak kapal, dan kami tim peliput. Makan secara prasmanan, antri dengan tertib untuk mengambil makan. Saya bertanya kepada salah satu prajurit, siapa yang memasak makanan ini? Apakah membawa juru masak dari Jakarta? Olalaaa, yang memasak adalah para prajurit yang kebagian tugas di dapur. Hebat juga mereka, ya! Tapi kami kalau butuh cemilan ada cadangan, disediakan mie instan kemasan cup oleh panitia, jadi lumayanlah sebagai selingan makanan di laut.

Satu hal yang membuat saya bergetar adalah, jika waktunya shalat Magrib yang diadakan di buritan. Kami shalat berjamaah dan kapal melaju sangat pelan. Suasana langit sedang pergantian menuju malam dan matahari nyaris tenggelam. Di kejauhan tampak anak Krakatau yang waktu itu berasap. Allahu Akbar!

Itu kali pertama saya berada di kapal perang. Tak disangka tahun berikutnya saya meliput lagi kegiatan yang sama dengan kapal yang sama. Ah, apakah ini yang namanya cinta?☺


Tulisan ini saya tulis sebagai rasa bangga kepada TNI AL yang menjaga perairan kita.

#30nulistemaRamadhan

4 komentar:

  1. Pengalaman yg keren nih. Saya naik kapal cuma ke lampung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, ke Lampung dua jam penyeberangan ya? Ke Bali pernah juga lewat Banyuwangi, sekitar 15 menitan.

      Hapus
  2. Bener-2 pengalaman yang super asyik ini... bisa ikut sholat di buritan kapal saat matahari condong ke Barat.. dengan angin yang berkesiur.. dan latar anak krakatau yang tengah selaksa belajar merokok dengan asapnya yang mengepul... romantis banget..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menakjubkan rasanya.
      Masya Allah tabarakallah 🤗

      Hapus

Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

  Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan y...