Selasa, 11 Mei 2021

Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

 



Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan yang menyentak hidupnya. Malam itu dia terbangun dari tidurnya. Terkejut, ternyata sudah dini hari. Baru saja dia bertemu dengan sosok berpakaian putih bersuara lembut yang menegurnya, “Apa kabarmu? Bagaimana hidupmu selama ini?”

Hanya pertanyaan sederhana saja, namun dalam artinya. Dia terkejut dan menyadari bahwa dirinya memang tidak baik-baik saja. Tiga kali masuk rumah sakit dalam tempo sepuluh bulan dengan puluhan botol cairan infus masuk ke tubuhnya adalah bukan kondisi biasa-biasa saja. Di sela-sela kesibukannya menjalani profesi pekerjaan yang ia pilih, badan dan pikiran tak bisa kerjasama. Pikiran maunya kerja keras namun tubuhnya memiliki batas maksimal. Dalam keadaan sakit bukannya perbanyak zikir malah membaca buku fiksi tentang sihir. Ia malu mengingat itu.

“Bagaimana hidupmu selama ini?” Pertanyaan itu membuatnya menangis saat itu juga ketika terbangun. Hidupnya dirasanya sudah cukup nyaman dengan penghasilan memadai dan pekerjaan didapatnya sesuai cita-citanya. Tapi ternyata itu tidak cukup baik untuk ukuran ruhaninya. Hidup hanya beribadah shalat, zakat, sedekah bisa dibilang sangat normatif. Seperti harga pas bandrol saja. Sudah berapa lama dia tak mengikuti majelis ilmu? Bagaimana tilawahnya? Shalat malamnya? Shalat sunah lainnya? Semakin banyak ia mempertanyakan itu kepada dirinya sendiri semakin ia terisak menangis.

Ketika bangun dinihari itu menjelang sahur, samar-samar ada suara lagu yang syarinya makin membuat hatinya tertusuk, “Hanya padamu Tuhan tempatku berteduh dari semua kepalsuan dunia…” Lagu almarhum Chrisye itu membawanya kepada kesadaran, kehidupan dunia hanya fana.

Segera ia bangun, berwudhu dan mendirikan shalat. Lunglai ia dalam sujud lamanya di atas sajadah, memohon ampun kepada Allah. Begitu banyak karunia yang ia dapatkan dari-Nya, namun sedikit sekali ia membalasnya dengan ibadah-ibadah hariannya. Pekerjaan membuatnya sibuk.

Sejak mendapat mimpi itu, dia tata hidupnya perlahan. Kajian mulai didatangi di masjid sepulang kerja. Buku-buku novel sementara ia stop, ia ganti dengan buku-buku religius demi menambal ketertinggalannya selama ini. Bahkan ia pun minta pindah bagian pada kantornya, agar waktunya tidak banyak dihabiskan di kantor.

Mimpi itu mengubah hidupnya, pelan dan pasti sampai akhirnya mengantarnya ke Tanah Suci menggenapkan rukun Islam ke-lima. Pandangannya terhadap hidupnya pun sedikit berubah.

Kini di akhir Ramadhan 1442 H, ia rindu teguran indah lewat mimpi seperti dahulu. Ia rindu sosok putih bersuara lembut yang menegurnya halus. Ia rindu…

 

12 Ramadhan 1442H

1 komentar:

Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

  Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan y...