Hari ke-9 bulan Ramadhan tahun 2021 ini bertepatan
dengan hari lahir RA Kartini, yang juga diperingati sebagai Hari Kartini.
Tentang perjuangan Kartini yang membela hak-hak
wanita di masa sebelum kemerdekaan, kita sudah tahu ya dari masa SD dulu. Kata-kata
yang senantiasa ia tulis dalam surat-suratnya yang dia sampaikan kepada
sahabatnya di Belanda, habis gelap
terbitlah terang, begitu melegenda. Kalimat yang dalam Bahasa Belanda 'door duisternis tot licht' tak terlupakan hingga sekarang.
Dari berbagai sumber disebutkan, Kartini tadinya
dilanda gelisah. Al-Quran sebagai kitab suci agamanya tidak dia ketahui artinya.
Masa itu pemerintah Belanda melarang menerjemahkan Al-Qur’an. Para ulama juga
belum ada yang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, apalagi Bahasa Jawa.
Kegelisahan Kartini dia ungkapkan lewat surat-surat
yang dia kirim kepada sahabatnya di Belanda, Stella Zihandelaar. Sejarah
menulis, tanggal 6 November 1899 R.A. Kartini mengungkapkan, bagaimana ia bisa
mencintai agamanya jika tak boleh memahami isi kitab sucinya?
Allah Maha Mengetahui isi hati hamba-Nya. Suatu hari
pengajian bulanan yang dilakukan di rumah bupati Demak dihadiri K.H. Saleh
Darat. Beliau mengajarkan tafsir Al-Quran di kota-kota di utara Jawa, termasuk
Demak. Bupati Demak saat itu Pangeran Ario Hadiningrat adalah paman Kartini. Di
pengajian tersebut Kyai Saleh Darat menjelaskan tafsir surat Al-Fatihah. R.A.
Kartini tekesima dan tertarik dengan penjelasan Kyai Darat.
Sehabis pengajian Kartini meminta kepada Kyai Darat
agar menerjemahkan surat Al-Fatihah ke dalam Bahasa Jawa agar dapat dimengerti
orang banyak. Kyai Darat menerjemahkannya dalam huruf Arab pegon agar Belanda
tidak curiga.
Kartini juga mengeluhkan kepada Kyai, sayang sekali
isi Al-Quran yang begitu indah tidak bisa dipahami maknanya karena tidak
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia karena Belanda melarangnya. Kartini
wanita yang cerdas, dia tahu bagaimana mungkin orang Islam bisa beramal tanpa
ilmu bila tidak tahu isi kandungan Al-Quran?
Kyai Darat tergugah hatinya. Beliau berusaha
menerjemahkan Al-Quran dalam Bahasa Jawa aksara Pegon. Aksara Pegon adalah diturunkan
langsung dari abjad Arab, yang diyakini masih bersaudara dengan abjad Persia
yang juga sama-sama diturunkan dari abjad Jawa. Kerja keras Kyai Darat
membuahkan hasil: terbitlah Kitab Tafsir Al-Quran Faidhur Rahman. Kitab tafsir
tersebut dihadiahkan Kyai Saleh Darat sebagai hadiah pernikahan R.A. Kartini
dengan R.M. Joyodiningrat, bupati Rembang.
R.A. Kartini begitu gembira. Sejak membaca kitab terjemahan karya Kyai Saleh Darat tersebut, Kartini mulai memahami agamanya dengan baik. Bahkan dia mulai meninggalkan pemahaman liberal yang didapatnya dari Belanda. Ketika memahami makna surat Al-Baqarah ayat 257, Kartini mendapat inpirasi gemilang. Kalimat dalam ayat tersebut yang berbunyi
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)…”
Kartini tersentuh oleh ayat itu, dan dijadikannya
kalimat yang ia selalu bawa, “Habis gelap terbitlah terang.”
Selamat Hari Kartini, semoga kita selalu
terinspirasi olehnya untuk mencari kebenaran dari Al-Quran.
Masya Allah..
BalasHapusCahaya datang, hilanglah gelap. ❤️
HapusBerpegang pada keyakinan
BalasHapusIyess, keyakinan yang hakiki.
Hapus