Senin, 28 Desember 2020

Apakah kita tipe "Yes Man"?

Yuk, kita cek. Apa aja sih tipe atau kriteria orang yang 'yes man'?

1. Suka menyenangkan orang.
Orang yang suka menyenangkan orang hidupnya tidak akan pernah
menyenangi dirinya sendiri. Hati-hatilah kita. Sebab bisa-bisa, demi
menyenangkan orang lain tetapi mengorbankan diri kita sendiri. Itu namanya berlawanan dengan hati nurani kita. Menyenangkan orang lain boleh, tapi ada batasnya, jangan sampai mengorbankan perasaan diri kita sendiri.

2.Suka berlebihan
Tipe 'yes man' juga suka menanggapi segenap keinginan orang lain.
Padahal tidak mungkin kita bisa menyenangkan dan memuaskan orang lain 100 persen.

3.Menipu diri sendiri
Kalau kita selalu mengiyakan perkataan orang lain dan tidak
mau bilang "tidak", hati-hatilah. Ini adalah musyrik kecil, karena kita
telah menghambakan diri pada sesama manusia. Seolah-olah urusan orang
lain lebih penting.

4.Susah bilang, "tidak!"
Tipe 'yes man' biasanya susah untuk bilang tidak. Selalu mengiyakan
kepada apa pun dan siapa pun. Padahal, lebih baik jika kita bicara
apa adanya. Takutlah hanya kepada Allah, bukan kepada sesama manusia.

5.Mengorbankan perasaan
Kalau kita selalu ingin menyenangkan semua orang, yang terjadi kita
malah tidak menyenangkan siapa pun sebenarnya. Termasuk diri
kita sendiri. Kita seperti berdusta (bohong). Kita selalu
mengiyakan apa pun omongan teman, padahal hati kecil kita
tidak mengatakan demikian.

Risiko Menjadi 'yes man'
1.Kita menjadi kurang disiplin, karena tidak bisa bilang tidak terhadap
appoinment baru. Kita sudah janji sama seseorang, tetapi batal tiba-tiba karena ada orang lain lagi yang mengajak kita dan kita tak kuasa menolaknya.
2.Jadi punya reputasi sebagai tukang menyenangkan orang alias 'yes man'.
3.Tidak mau atau tidak pernah tampil beda karena intinya kita tidak
bisa bilang tidak.
4.Mudah diperalat orang lain.
5.Kepribadian pribadi terabaikan.
6.Memiliki sikap yang tidak tegas, karena tidak kuasa bilang tidak.

Ingatlah kata-kata Bill Cosby : Kunci kegagalan seseorang adalah bila ia selalu berusaha menyenangkan orang lain dengan berbagai cara.



.

Minggu, 27 Desember 2020

Segitiga Bercanda (2) 

Aku bertanya kepadamu
Kau diam sambil menunggunya
Dia tanpa beban tetap menunggu yang lain


Terus saja mencandai waktu
Terbuang percuma hingga engkau lelah
Menua....




.

 

Segitiga Bercanda (1)

Aku menunggumu
Kau menunggunya
Dia yang kau tunggu menunggu yang lain

Tak sadar kita mencandai waktu
Menit, jam, pekan, tahun, hingga windu.



.

Senin, 21 Desember 2020

Ibu yang Luar Biasa

Ibu yang Luar Biasa


foto : Srisehry


Ibu hebat ini adalah wanita biasa. Tapi Allah memulikannya dengan cara-Nya yang kelihatan sederhana bagi sebagian manusia tapi luar biasa di mata manusia lainnya. Dialah Halimah binti Abu Dhu’ayb, ibu persusuan Rasulullah.

Sebagaimana kebiasaan bangsa Arab sekitar 14 abad lalu, anak-anak bayi yang masih kecil biasa diasuh dan disusui oleh ibu angkat. Anak-anak yang lahir di kota akan diasuh oleh ibu angkat yang tinggal secara nomaden di padang pasir, agar si anak tumbuh dengan fisik yang kuat. Aminah, ibunda Rasulullah mempercayakan kepada wanita keturunan dari suku Hawazin yang tinggal di sebelah tenggara Mekkah, yang dikenal sangat baik merawat dan menyusui anak-anak.

Pemilihan Halimah sebagai ibu persusuan Muhammad kecil saat itu, bisa dibilang karena ‘terpaksa’, sebab ibu-ibu lain tidak mau menerimanya karena Muhammad sudah menjadi anak yatim sejak bayi, dan berasal dari keluarga miskin. Halimah, ibu seorang anak yang juga masih bayi justru melihat kondisi yatim pada diri Muhammad merupakah sesuatu yang bisa dia harapkan sebagai berkah.

Halimah dan suaminya, Harits adalah sepasang suami istri miskin, unta betinanya sangat kurus dan tidak menghasilkan susu. Keledai milik mereka pun sama seperti untanya. Halimah yang saat itu juga memiliki bayi, tak bisa menyusui dengan baik karena air susunya tak banyak. Halimah tak mengharapkan bayaran tunai atau sesuatu yang melimpah dengan menjadi ibu susu bagi Muhammad kecil, karena hal itu dianggap tak pantas baginya.

Ketika Muhammad SAW yang masih bayi diserahkan ibunya kepada Halimah, saat dia mendekap bayi mungil itu, tiba-tiba payudaranya berisi penuh air susu. Bayi yang baru dipeluknya menyusu sampai kenyang dan tidur lelap di dadanya. Ajaib, unta juga penuh air susu, dan bisa diminum sekeluarga. Keluarga Halimah dan Harits heran dengan keajaiban ini. Singkat kata, Muhammad dan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik.

Nabi Muhammad kecil tumbuh pesat melebihi anak-anak lain. Halimah sangat menyayangi seperti ia menyayangi anaknya sendiri. Sampai usia dua tahun dia mengasuh Nabi. Meski sedih harus mengembalikan Muhammad kepada ibunya, Halimah masih mendapat keberkahan setelahnya.

Meski ia ibu angkat, ibu susu, namun kasih sayangnya seperti ibu kandung bagi Nabi Muhammad.

Bagaimana dengan ibu kita sendiri? Dengan caranya masing-masing, setiap ibu mendidik dan mengasuh anaknya dengan kasih sayang. Doa-doa menjadi pelengkap harapan yang ia panjatkan kepada Allah Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. 

Ridha Allah adalah tergantung pada ridha ibu-bapak kita. Seperti juga yang Rasulullah katakana, “Doa orangtua untuk anaknya, bagaikana doa Nabi untuk umatnya.

~Selamat Hari Ibu….

Rawamangun, 21 Desember 2020






Sabtu, 19 Desember 2020

Bravo, Özil! (#2)
Kami makin bangga padamu, Özil

Dampak dari pembelaannya terhadap nasib yang dialami muslim Uighur, berbuntut  tak mengenakan bagi Mesut Özil. Antara lain, beberapa penggemar Arsenal di China membakar kaos jersey bergambar foto Özil. China juga menghapus nama Özil dari game FIFA (Federation International Football Association) dan PES (Pre Evolution Soccer).

Mungkin orang awam akan menyayangkan, kenapa Özil sampai baper soal Uighur. Ini bukan soal baper atau berlebihan. Ini soal ghiroh dan Özil merasa perlu, dia ada berada di pihak mana saat saudara sesama muslim ditindas.

Di akun twitternya Mesut Özil pernah menyampaikan perasaan keprihatinannya. Dia menulis, bahwa China melakukan usaha-usaha melenyapkan Islam dari orang-orang Uighur. Özil tergugah. Bukankah umat Islam telah belajar dari hikmah pembelaan semut kepada Nabi Ibrahim? Meski terkesan sepele pembelaan semut yang kecil, tapi Allah Maha Tahu, apakah ia berpihak kepada Nabi Ibrahim sang Rasul atau kepada Namrudz yang zalim.

Dengan dihapusnya dia dari game FIFA dan PES, besar kemungkinan berpengaruh pada penghasilannya sebagai pemain sepakbola terkenal. Tawaran uang yang menggiurkan nggak bikin Mesut Özil terbelalak silau. Dia paham akan prinsip ghiroh-nya. Kepedulian terhadap penindasan Muslim Uighur tak bisa dibeli dengan uang.

Kita seperti diingatkan pada riwayat kisah sehabis perang di Hamro’ul Asad di masa Rasulullah. Saat itu tentara muslimin sudah kehabisan tenaga. Namun pihak musuh kafir Quraisy belum kembali ke Mekkah. Mereka masih tertahan di Hamro’ul Asad dan berencana akan menyerang kaum muslimin lagi di Madinah. Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW menyerukan pasukan muslim yang pernah berperang di Uhud untuk menyusul dan melawan mereka. Rasul melarang orang munafik ikut serta. Dengan semangat kaum muslim yang tadinya sudah kepayahan, bergerak menyusul pasukan musuh. Alhamdulillah pasukan muslim menang, dan mereka mendapatkan harta rampasan perang. Sementara kaum Quraish kembali ke Mekkah membawa kekalahan. Allah pun menolong. Perlu diketahui, umat Islam dalam berperang bukan menyerang tapi karena diserang lebih dahulu dan berperang demi menegakkan agama tauhid.

Dalam skala kecil, kisah Özil mungkin bisa seperti itu. Ketika sudah kepayahan, pastilah pertolongan Allah akan datang. Bukankah hanya Dia Yang Maha Segalanya?

Seperti yang Rasulullah pesankan sejak 14 abad lalu. Nabi SAW sudah mewanti-wanti pentingnya sikap saling peduli terhadap sesama Muslim:

"Barangsiapa yang bangun tidur di pagi hari tanpa memikirkan masalah-masalah kaum Muslimin, dia bukan termasuk golonganku (kaum muslim)."
(Hadits riwayat At-Thabrani)

Allah pun akan menyertai kehidupan hamba-hamba-Nya. Rasul bersabda, “Allah akan terus menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.”
(HR. Bukhari).

Semoga engkau terus menjaga Allah, Özil, dan Allah pun menjagamu.
Aamiin ya rabbal aalamiin...


Jakarta, Desember 2020

*tulisan ini adalah lanjutan tulisan tentang Ozil dan juga pernah dimuat di Komunitas Belajar Menulis.




Bravo, Özil!
Wir sind stolz auf Dich!

Menjelang akhir tahun 2019 nama Mesut Özil ramai disebut karena keberpihakannya terhadap kondisi muslim Uighur.  Saya suka lihat kelincahan Mesut Özil. Bukan hanya karena dia bermain di kesebelasan Tim Panser, tim favorit saya setiap ajang Piala Dunia dan Eropa. Dia juga sangat peduli terhadap nasib rakyat Uighur.

Mesut Özil yang keturunan Turki membela segenap hati di lapangan hijau untuk negara barunya, Jerman. Lelaki kelahiran 15 Oktober 1988 ini menjadi tim nasional Jerman tahun 2009. Selama ajang Piala Dunia 2010 perhatian internasional tertuju kepadanya sebagai calon pemain terbaik selama turnamen. Dengan tulus hati pun dia memohon agar negara-negara lain peduli terhadap nasib muslim Uighur.

Dan dengan prestasi keren tetap menjadikan Özil muslim yang rendah hati, menjalankan hari-hari di luar lapangan sebagai seorang muslim yang beribadah sesuai syariah agama. Di bulan Ramadhan dia tetap berpuasa, dan saat umroh banyak jamaah yang kagum kepadanya.

Özil adalah generasi ketiga keluarga Turki yang sudah berkewarganegaraan Jerman. Sebagai seorang muslim sekarang Mesut Özil terluka hatinya melihat muslim Uighur. Meski ditekan dan diboikot pertandingan klubnya, Özil bergeming. Tak perlu menjadi seorang muslim untuk bersimpati terhadap kejahatan kemanusiaan. Dan itu dilakukan pemain sepakbola dari kesebelasan kelas dunia, Deutsche Fußball-Weltmeisterschaft alias Tim Panzer.

Betul banget pendirian Özil, ingat pesan Rasulullah :
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Bagaimana dengan kita di sini?

Kami bangga padamu, Özil.
Semoga kau terus menjaga Allah dan Allah pun menjagamu.


Jakarta, Desember 2020

*tulisan ini rewrite dari tulisan asli saya yang pernah dimuat di Komunitas Belajar Menulis 




Jumat, 18 Desember 2020

Berkenalan dengan Oma Deta

Ini kisah yang terjadi empat tahun lalu. Saya posting di sini karena saya tiba-tiba teringat kepada seorang ibu tua yang ramah. Bagaimana kabar beliau sekarang? Saya baru sekali bertemu dan belum pernah bertemu lagi dengannya. Saya kisahkan kembali perkenalan saya dengannya empat tahun silam.

Wanita lanjut usia yang baru saya kenal ini namanya Ibu Deta, mungkin panggilan singkat dari nama Bernadeta. Kami berkenalan ketika sama-sama menunggu bus kota yang lama banget enggak ada yang lewat di helte Taman Suropati, tempat kami menunggu. Ketika saya sudah menunggu sekitar 15 menitan, datanglah Ibu Deta. Sendirian, dengan senyum ramah meski saya belum mengenalnya, menghampiri tempat duduk di sebelah saya.

Obrolan awal dibuka dengan pertanyaan, sudah berapa lama saya menunggu bus kota? Sambil menunggu, obrolan pun mengalir. Rasanya kami kayak sudah berteman lama. Usia Bu Deta sudah 78 tahun. Karenanya dia lebih suka disapa dengan sebutan Oma, atau Nenek, ketimbang Ibu. Mungkin perbedaan usia yang seperti ibu dan anak dengan saya, dia lebih nyaman disapa Oma.

Oke, Oma Deta yang ramah…

Setiap hari Minggu Oma Deta pergi ke gereja di daerah Menteng Jakarta Pusat, menempuh perjalanan dari rumahnya di Bekasi dengan angkutan umum. Usia tuanya tidak menghalangi semangatnya datang ke rumah ibadah setiap minggu.

“Saya punya teman masa kecil di daerah Jatinegara, dan kami sering janjian ketemu di terminal Kampung Melayu. Lalu kami naik bus berbarengan sampai Taman Suropati. Teman saya menuju masjid Sunda Kelapa untuk pengajian, saya ke gereja. Lalu pulangnya kami janjian lagi, di helte taman ini. Tapi sayang hari ini dia nggak berangkat, saya jadi sendiri. Tapi nggak apa-apa, saya jadi kenalan dengan kamu, Nak,” katanya kepada saya. Oma Deta semasa kecil tinggal di bilangan Jatinegara. Lalu sejak hampir 40 tahun lalu tinggal di Bekasi.

“Saya senang bersahabat dengan siapa saja, tidak pandang agama, ras, suku apa. Saya senang berkenalan dengan orang lain menghormatinya karena kebaikannya, kesalehannya,” jelas Oma.

Seperti membaca riwayat hidup, cerita Oma Deta pun mengalir begitu saja. Penampilannya yang rapi dan sehat di usia tua menyiratkan kalau dia menjalani hidup tertib sejak muda. Suaminya yang tentara sudah lama meninggal karena sakit sebelum masa pensiun tiba. Jadilah Oma yang menjanda tanpa uang pension harus bekerja saat itu. Hidup tanpa anak tidak membuatnya sedih dan kesepian, karena di kantornya Oma dikelilingi anak-anak muda yang ia anggap sebagai anaknya. Sudah seperti saudara. Ia bilang, kantornya perusahaan kecil tapi sangat kerasan kerja di situ sampai waktu yang sangat lama. Pembantu rumah tangganya pun kerja padanya sampai beranjak tua, dan sekarang hanya datang seminggu beberapa kali membantu membersihkan rumah Oma.

“Saat Bekasi diberitakan ada banjir besar, anak-anak buah banyak yang telepon, apakah saya baik-baik saja. Tukang majalah langganan di kantor semasa saya kerja juga mengunjungi saya, khawatir kalau-kalau saya yang tinggal sendiri tidak ada yang menolong,” katanya. Oma bersyukur, merasakan kedekatannya dengan Tuhan terwakili oleh perhatian orang-orang yang dekat di hatinya.

Bus yang kami tunggu sudah satu jam belum datang juga. Waktu menunggu sejam tidak terasa karena asyik ngobrol. “Kita naik bajaj aja yuk? Ongkosnya kita share berdua. Kita bisa turun di Jatinegara, saya melanjutkan naik mikrolet ke Pulo Gadung, dan Ananda lanjutkan perjalanan pulang juga. Bagaimana? Oh, tapi sebentar! Saya lihat ongkos saya dulu ya? Jangan-jangan dengan naik bajaj nanti saya kehabisan ongkos sampai ke rumah,” Oma Deta langsung merogoh ke dalam tasnya.

“Oma nggak perlu bayar ongkos bajaj. Biar saya saja, yuk?” Ajak saya karena Oma sepertinya kesulitan merogoh tasnya.

“Oh, jangan! Saya kan yang mengajak share naik bajaj? Lagian kita baru kenal, masa’ saya membebani kamu? Wah, ada nih uangnya! Puji Tuhan ada uang cukup kok untuk sampai ke rumah!” Oma Deta menunjukkan senyum senangnya. Saya diburu keharuan. Oma yang sudah tua benar-benar mandiri, dan tidak mau merepotkan orang lain.

Kami pun melangkah dari halte bus kea rah jalan sisi kanan Taman Suropati untuk menyetop bajaj. Sekali tawar, supir bajaj pun luluh oleh kami berdua. Bajaj langsung melaju, melewati Pasar Rumput, Manggarai, Matraman, dan Jatinegara. Oma Deta merasa senang siang itu, saya juga.

Semoga Oma Deta sehat wal'afiat sampai sekarang.

Menteng, 18 Desember 2020




Kamis, 17 Desember 2020

Cinta itu...

Cinta itu adalah,
Allah jamin hidup kita
Allah genggam jiwa kita

Dan kita tinggalkan semuanya, 
kecuali Dia.


Hutan Pinus Kebumen, 1 Agustus 2020


.



Bunga di tepi jalan

Bunga di tepi jalan,
Menunggu senja beranjak pelan.


Hingga malam menjadi pekat
Siapa yang ingin mendekat?
Dan memeluknya erat?


Kebumen, 5 Agustus 2020

.


Muhasabah

Wabah belum juga usai,
Angka-angka bergerak naik di layar dan di kepala,
Meluluhkan nyali,
Mengupas hati.


Innalillaahi wainnailaihi roji'un,
Yang wafat terus terjadi,
Yang sehat masih banyak kurang jaga diri,
Cukuplah kematian sebagai pelajaran.

Buat keluarga yang telah ditinggalkan anggotanya di saat wabah ini, semoga diberi kekuatan, keikhlasan, dan ketabahan.
Yang telah berpulang semoga tenang di sisi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


Aamiin ya rabbal aalamiin 

Jakarta, 7 September 2020

.


Rindu

foto : srisehry


Tak cuma sekadar ingin bertemu
Menumpahkan segala rasa
Atau menyingkirkan kegalauan semu
Rinduku kepada Bapak Ibu lebih dari itu


Rinduku kepada Bapak dan Ibu
Mengingatkan langkah-langkah kaki kita
Bersama-sama menyusuri Safa dan Marwa
Bergandengan tangan mengelilingi Ka'bah dalam thawaf nan indah
Berdesakan menuju Raudhah
Masya Allah tabarakallah

Rindu manis saat kita duduk menghadap Ka'bah
Menunggu waktu shalat
Dengan zikir dan doa yang kerap Bapak dan Ibu panjatkan

Ya Rabb,
Rindu kepada Bapak dan Ibu,
Adalah rinduku kepada-Mu
Sang pemilik takdir
Yang menggenggam jiwa-jiwa yang hidup dan yang mati
Sampaikan salam sayangku kepada Bapak Ibuku, yang berada di sisi-Mu....


Senin, 26 Oktober 2020

Selasa, 15 Desember 2020

Kecapi, Si Apel Banting

Kecapi? Iya, buah kekuningan yang rasanya mirip-mirip manggis. Ingat kecapi, jadi ingat masa kecil. Saya menggali kenangan ke masa-masa waktu saya masih SD. Pastinya masih kecil, masih bau kencur (lho, kok? Memangnya saat itu orang-orang yang membaui saya akan mencium aroma kencur? Hahaha!) Yang pasti masih lugu, masih ikut-ikutan teman dan orang-orang sekitarnya. Kan anak kecil adalah The Great Imitator alias peniru yang hebat?


Memakan buah kecapi termasuk ikut-ikutan teman, karena di rumah enggak ada yang mengenalkan buah itu. Di depan sekolah saya ada abang-abang penjual kecapi. Teman-teman beli, dan makan. Cara membuka buahnya pun unik. Ada yang membanting seperti membanting bola tenis ke tanah (karenanya kecapi oleh anak-anak Jakarta disebut juga “apel banting”), ada yang menggencet ke pintu. Tujuannya sama, agar buahnya merekah terbuka, dan siap dimakan. Saya pun beli dengan uang saku yang ala kadarnya (saya enggak mendapat uang saku berlebih, jadi kalau sudah jajan buah kecapi enggak bisa jajan kue atau jajanan lain). Sama seperti teman-teman, buah saya banting lalu memakan dagingnya. Wah enak! Cara memakannya pun saya meniru teman. Daging kecapi yang menyelimuti bijinya saya lumat-lumat, lalu bijinya ikut ditelan. GLEK! Pertama kali mencoba itu, kerongkongan serasa sesak karena harus dilewati biji kecapi yang agak susah buat anak kecil kelas 2 atau 3 SD. Tapi justru dengan menelan bijinya itu seluruh daging buahnya jadi enggak ada yang mubazir. Semuanya masuk ke mulut dan terus jalan di saluran pencernaan.

Suatu kali dari sekolah saya membawa kecapi ke rumah. Maksudnya sih, ingin pamer kepada adik-adik di rumah. Juga pengen menunjukkan bagaimana ‘mengupas’ kecapi, ya dengan dibanting atau digencet pintu. Tapiii… ketika ketahuan ibu saya, kena marahlah saya. Kata Ibu, kecapi di kampungnya sejak beliau kecil adalah makanan ular. Dudududuuuuu…. Perkataan ibu perlu saya patuhi. Tapi kalau teman-teman saya masa itu jajan kecapi, saya beli ngumpet-ngumpet.  Hehehehe...

Di kemudian hari ketika saya sudah besar dengan sendirinya tahu, bahwa itulah cara Ibu melarang saya  makan kecapi, sebab saya makannya dengan menelan bijinya. Pastinya seorang Ibu khawatir anaknya tersedak buah kecapi di kerongkongannya. Kalau tersedak biji kecapi dan dibawa ke dokter kan… ya ampuuun… bakal disalahkan. Lagipula uang jajan saya yang pas-pasan menurut Ibu lebih baik dibelikan kue atau makanan lain daripada beli kecapi yang membahayakan kerongkongan.

Kembali ke foto buah kecapi di ponsel, saya pandangi lagi. Kelihatan buahnya ranum kuning terang. Di Jakarta sudah jarang saya melihatnya, atau malah susah mendapatkannya. Kalau sekarang saya makan kecapi, janji deh enggak akan menelan bijinya. Saya masih ingat dulu kalau makan kecapi meringis menahan rasa kecutnya, hehehe...

Konon, buah kecapi itu asalnya dari Semenanjung Malaya dan Indocina. Beradab-abad lalu buah ini menyebar ke India, Mauritius, Filipina, dan Indonesia. Khusus di Indonesia namanya selain kecapi adalah Buah Apo (di Kalimantan) dan Sentul. Mungkin daerah Sentul dulunya banyak tumbuh pohon kecapi.

Eh, menurut sebuah sumber kecapi bisa sebagai obat cacing dan obat diare. Kulit, batang, dan akar dari pohon kecapi bisa digunakan untuk obat diare dan obat cacing. 
Mau mencoba?



Kebon Jeruk, 22 Januari 2014
*repost 16 Desember 2020

.

Hari Literasi Internasional (2)

Peradaban yang Cemerlang lewat Literasi

Menurut National Institute for Literacy, literasi bukan saja mencakup kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah. Namun literasi juga memiliki ketrampilan dan menerapkan ilmu yang sudah dipelajari agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.


Rasulullah SAW membawakan dan mengajarkan ayat-ayat Al-Quran yang masih sangat relevan sampai hari ini. Lewat beliau peradaban Islam dan ilmu pengetahuan berkembang dan menjadi cahaya bagi rahmatan lil alamin.

 

Para pengganti Rasulullah atau Kulafaur Rasyidin pun memajukan ilmu pengetahuan, salah satunya dengan disusunnya Al-Quran sebagai kitab dan banyak para penghafal Quran. Sebutlah nama Aisyah, istri Rasulullah yang dikenal sebagai ibu para mukminin yang banyak meriwayatkan hadits yang bertahan sampai sekarang.

 

Abdullah ibnu Abbas adalah sepupu Rasulullah, putra paman beliau yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib. Sejak ia masih kecil senang bersama Rasul dan karenanya banyak mendapat ilmu. Rasulullah sangat menyayangi Abbas dan teman-teman kecilnya, dan sering menasihati mereka dengan kebaikan-kebaikan dan ilmu agama. Rasulullah pun mendoakan Abdullah, agar Allah memberinya ilmu agama dan mudah dalam mendalami tafsir kitabullah.

 

Ketika Rasulullah wafat, Abdullah sangat terpukul, karena ia kehilangan tempat menimba ilmu. Namun Abdullah tak patah semangat. Ia meski masih muda usianya, mendatangi sahabat-sahabat Rasul untuk menuntut ilmu. Abdullah akhirnya dikenal sebagai ahli tafsir Al-Quran di usianya yang masih muda.

 

Dalam perkembangannya peradaban Islam melahirkan banyak ilmuwan dan cendekiawan.

❤ Sekitar tahun 1000 Al-Zahrawi sudah mempublikasikan jurnal ensiklopedia setebal 1500 halaman tentang operasi bedah. Jurnal berilustrasi tersebut digunakan di Eropa di masa 500 tahun berikutnya.

Di abad ke-9 ada orang Arab yang menemukan minuman kopi. Orang-orang meminumnya agar tetap terjaga untuk qiyamul lail.

Tahukah, orang pertama yang membuat konstruksi pesawat terbang adalah Abbas ibnu Firnas. Dia menerbangkan pesawatnya di abad ke-9. Ibnu Firnas juga mendisain perangkat sayap sehingga pesawat buatannya menyerupai seekor burung yang bisa terbang.

Fatima al-Firhi di tahun 859 mendirikan universitas di Fez, Maroko. Kakak Fatima, Miryam juga mendirikan masjid al-Qawariyyin yang berdekatan dengan univeritas tersebut. Masjid dan universitas tersebut masih berlangsung sampai 1200 tahun kemudian. Kedua kakak beradik ini juga membuktikan, bahwa belajar dan menuntut ilmu juga wajib bagi perempuan. Fatima dan Miryam menjadi inspirasi bagi para muslimah untuk menimba ilmu pengetahuan.

 

Masih banyak lagi tokoh muslim yang gemilang akan keilmuwannya berkat literasi yang menjadi landasannya. Masih ada Aljabar yang ditemukan oleh Al-Khawarizmi, penemu optic oleh Ibnu Al-Haitsam. Bahkan jauh sebelum Albert Einstein menemukan teori relativitas, sudah ada Al-Kindi yang menemukannya. Al-Kindi (lahir tahun 802 M) adalah ilmuwan muslim yang juga ahli astronomi, logika, fisika, kimia, dan ilmu metal (logam).

 

Peradaban adalah pohon besar yang akarnya kokoh menancap ke bumi, dan di atas bumi tinggalah manusia yang hidup bersama perkembangan peradaban itu sendiri. Bangsa Arab dan Islam lewat literasi sudah membuktikan itu.

 

Selamat Hari Literasi Internasional!

Sedang membaca buku apa sekarang ini?


Jakarta, 8 September 2020

*repost 14 Desember 2020 




Hari Literasi Internasional (1)

Para Nabi pun Mengenal Literasi

Tanggal 8 September hari ini adalah Hari Literasi Internasional. Unesco menetapkannya untuk meningkatkan laju literasi bagi semua warga dunia. Secara global masih ada 773 juta orang dewasa di seluruh dunia yang belum melek huruf atau tidak memiliki literasi dasar.

Bagaimana dengan di Indonesia? Data dari BPS tahun 2018 menyebutkan jumlah penduduk Indonesia yang buta huruf sekitar 3,29 juta orang. Itu yang tercatat, yang tidak tercatat akan menambah lebih banyak lagi orang Indonesia yang belum bisa membaca.

Literasi berasal dari Bahasa Latin, “literatus”, artinya orang yang belajar. Pastinya literasi berkaitan erat dengan proses dan kemampuan membaca dan menulis. Definisi literasi dari National Institute for Literacy malah lebih luas lagi, kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah. Jadi literasi bukan hanya bisa membaca dan menulis, tapi juga memiliki ketrampilan dan menerapkan ilmu yang sudah dipelajari agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. 

Dalam sejarah Islam, literasi sudah ada sejak jaman para Nabi dan Rasul yang mengajarkan pengetahuan tentang kebenaran kepada setiap umatnya. Salah satu Nabi yang kita kenal, Nabi Idris yang mengembangkan ilmu pengetahuan. Beliau yang awal mula pandai membaca dan menulis, dan fasih berkomunikasi dengan 72 kabilah yang masing-masing memiliki dialek yang berbeda. Nabi Idris pula di jamannya perkembangan kota sangat maju, ada 188 kota didirikan. Beliau mahir memahat, menjahit pakaian dari kulit binatang, ahli dalam ilmu falaq dan matematika. Karenanya Nabi Idris disebut juga Bapak Ilmu Pengetahuan, karena begitu tinggi kemampuan intelektualnya. 

Berlanjut ke Nabi Ibrahim yang disebut juga bapak para nabi, sangat berjasa dalam peradaban manusia. Nabi Ibrahim mengajarkan tauhid kepada umat manusia dan keturunannya. Allah SWT mengangkat beliau menjadi imam bagi seluruh manusia. Surat Al-Baqarah ayat 124 : Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku.” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.”

Semua Nabi dan Rasul diutus untuk umat manusia pada hakikatnya menyampaikan literasi Islam. Ajaran yang dibawa para Nabi dan Rasul adalah pentunjuk dari Sang Maha Mengetahui kepada umat manusia agar selalu dalam jalan yang lurus.

 Sejarah mencatat 14 abad lalu, ketika Rasulullah SAW mendapat wahyu pertama untuk membaca. “Iqra, bacalah!” Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk membaca dan mengajarkan umatnya untuk memahami ayat-ayat-Nya, mengamalkannya. Masya Allah tabarakallah, lewat Nabi Muhammad peradaban Islam terbentuk dan menyebar ke seluruh dunia. Ajaran beliau menjadi cahaya bagi semua umat manusia, menjadi rahmat bagi semua.

Hari Literasi tahun ini mengambil tema tentang pengajaran dan pembelajaran literasi dalam krisis Covid-19.


Karena semua aktivitas belajar mengajar masih di rumah saja, yuk mengisi waktu dengan anak-anak dengan banyak membaca.

Jadi, kita tidak malas lagi untuk membaca buku, kan? Ingat Iqra!

  

Jakarta, 8 September 2020
*repost 14 Desember 2020



.

Bahasa Cinta Lewat Morse

Siapa tak kenal Si Pintar Thomas Alva Edison?
Orang hebat yang tak mengenal kata gagal ini adalah pemilik 1.093 hak paten seputar penemuan-penemuan ilmiahnya. Edison yang sejak kecil dianggap bodoh oleh guru sekolahnya, namun si guru pasti sangat menyesal karena tiga dasawarsa kemudia mantan muridnya itu menjadi orang yang cemerlang. Okelah, soal kepintarannya tak diragukan lagi. Kita simak sisi lain dari Edison, ya?

Dari perkawinan dengan Mary Stiwell, Thomas Alva Edison memiliki tiga anak. Setelah istrinya meninggal, Edison berkenalan dengan Mina Miller. Nona Miller adalah putri seorang penemu, Lewis Miller. Hubungan Edison dan Nona Miller cukup unik. Pastinya enggak lebay dengan bahasa alay kayak anak-anak muda sekarang yang caranya berbahasa bikin kita mumet puyeng bacanya. Edison mengajari Mina Miller kode Morse agar mereka dapat berkomunikasi secara rahasia lewat ketukan kode.

Sejak itu Edison dan Miller yang berkomunikasi sangat unik, lewat ketukan sandi Morse. Bahkan ketika Edison melamar pujaan hatinya itu, dia menggunakan kode sandi Morse. Mina Miller pun menjawab “iya” dengan kode Morse pula.


Itulah bahasa cinta. Dengan cara apa pun akan sampai ke tujuan. Di antara begitu banyak bahasa cinta di dunia, hanya satu bahasa cinta tak tertandingi: Bahasa cinta dari-Nya untuk hamba-hamba yang mau menerimanya.


post : 20 Januari 2014
Repost : 14 Desember 2020




Ingkung Ayam Khas Kampung

 

Siapa yang mau menampik kelezatan ingkung ayam? Saya yang tinggal di Jakarta sejak kecil, mengenal ayam ingkung ini kalau ada acara kenduri. Kami tinggal di lingkungan masyarakat dari Jawa, dan dulu masih ada menu ini dalam acara kenduri semisal memberi nama bayi, atau hajatan lainnya. Ada yang ayamnya disajikan utuh saat kenduri, ada yang disuwir-suwir dan di tabur di nasi uduk dalam takir daun sebagai pelengkap.

Kata "ingkung" berasal dari Bahasa Jawa. "Ing" dan "manekung" yang dalam Bahasa Indonesia berarti aku berdoa dengan penuh khidmat. Di zaman dulu ingkung ayam adalah hidangan wajib saat kenduri, dan ada permohonan doa. Sampai sekarang ada yang masih memakai kebiasaan ini. Namun ingkung ayam bisa dinikmati meski tanpa kenduri.

Sudah lama saya tidak makan ayam ingkung. Alhamdulillah beberapa pekan lalu di acara keluarga di Gombong - Kebumen, ada hidangan ayam ingkung yang dimasak sendiri, menggunakan kayu bakar. Rasanya? Hmmmm jadi obat kangen dan membawa kenangan ke masa lalu, di mana para orangtua kami kenduri.

 

Jakarta, 25 November 2020

 

.


Ibu, Ibu, Ibu...

 

Di sini tak kulihat lagi Ibu
Rinduku mengharu biru
Masa-masa yang indah itu
Bersembunyi lembut di hatiku

 

Hari ini tak kulihat lagi Ibu
Rinduku tak juga berlalu

 

Ibu,
Ibu,
Ibu,

 

Allah merahmati,
Doaku selalu untukmu.

 

Sabtu, 12 Desember 2020
Saat ku hampiri teras pagi ini, bunga peninggalan Ibu mekar indah.


.

 

Selamat dan salam untukmu, ya Rasul

 

Assalamu’alaikum, ya Rasulullah,

Aku datang menziarahimu
Sekian waktu tak terbilang
Kunantikan saat-saat mengunjungi makammu,
Wahai kekasih Allah….
 

Dalam keheningan di ‘rumahmu’,
Aku mendengar gemuruh shalawat untukmu
Dengan siraman air mata ketulusan

 

Aku seperti merasakan kehadiranmu ‘di balik sana’
Menyapa dan bertanya dengan suara lembut,
“Apa kabarmu dari negeri nan jauh?”
Aku bergetar 
berada dekat taman rumahmu, Raudhah
Aku bermunajat ingin meniru tauladanmu,
Kesabaranmu yang bagai seluas samudera
Ketulusanmu yang luar biasa
Dan kesantunanmu yang menggugah mata dunia.

Saat engkau menjadi bahan lelucon,
Dalam secarik gambar komik yang mencemooh,
Tahukah engkau, wahai Rasulku?
Hatiku pedih, sedih tak terperi

 

Namun kuyakin,
Di alammu kau akan tetap tersenyum
Penuh kesabaran beriringan dengan ketabahan
Menerima semua per



lakuan tak sopan 
Seperti hinaan dan
cacian yang dulu-dulu kau terima
Sarat dengan ejekan, fitnah, ditingkahi kata-kata kasar
Namun kau balas dengan uluran tangan keikhlasan
Sampai Allah memanggilmu ke haribaan-Nya.

 

Shalawat dan salam untukmu, wahai kekasih Allah...
Salam sejahtera untukmu, ya Habiballah….

 

Raudhah, 22 November 2007 

*repost 13 Desember 2020



.



Kala Kau Merasa Sedih

 

Kala kau dilanda sedih

Karena pintu surgamu  t'lah pergi

Ingatlah Allah Yang Maha Pengasih

Tak akan meninggalkanmu tanpa henti

 

La tahzan, jangan berduka

Allah lebih dekat dari urat leher kita

Saat kita mendatangi-Nya seratus langkah

Dia menyambut kita seribu langkah

 

Apa yang kau inginkan belum tentu kita butuhkan

Allah Maha Tahu segala yang Dia berikan

Ridho-Nya yang kita harapkan

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

 

Cipinang, 13 Desember 2020





Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

  Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan y...