Sabtu, 19 Desember 2020

Bravo, Özil! (#2)
Kami makin bangga padamu, Özil

Dampak dari pembelaannya terhadap nasib yang dialami muslim Uighur, berbuntut  tak mengenakan bagi Mesut Özil. Antara lain, beberapa penggemar Arsenal di China membakar kaos jersey bergambar foto Özil. China juga menghapus nama Özil dari game FIFA (Federation International Football Association) dan PES (Pre Evolution Soccer).

Mungkin orang awam akan menyayangkan, kenapa Özil sampai baper soal Uighur. Ini bukan soal baper atau berlebihan. Ini soal ghiroh dan Özil merasa perlu, dia ada berada di pihak mana saat saudara sesama muslim ditindas.

Di akun twitternya Mesut Özil pernah menyampaikan perasaan keprihatinannya. Dia menulis, bahwa China melakukan usaha-usaha melenyapkan Islam dari orang-orang Uighur. Özil tergugah. Bukankah umat Islam telah belajar dari hikmah pembelaan semut kepada Nabi Ibrahim? Meski terkesan sepele pembelaan semut yang kecil, tapi Allah Maha Tahu, apakah ia berpihak kepada Nabi Ibrahim sang Rasul atau kepada Namrudz yang zalim.

Dengan dihapusnya dia dari game FIFA dan PES, besar kemungkinan berpengaruh pada penghasilannya sebagai pemain sepakbola terkenal. Tawaran uang yang menggiurkan nggak bikin Mesut Özil terbelalak silau. Dia paham akan prinsip ghiroh-nya. Kepedulian terhadap penindasan Muslim Uighur tak bisa dibeli dengan uang.

Kita seperti diingatkan pada riwayat kisah sehabis perang di Hamro’ul Asad di masa Rasulullah. Saat itu tentara muslimin sudah kehabisan tenaga. Namun pihak musuh kafir Quraisy belum kembali ke Mekkah. Mereka masih tertahan di Hamro’ul Asad dan berencana akan menyerang kaum muslimin lagi di Madinah. Mengetahui hal itu, Rasulullah SAW menyerukan pasukan muslim yang pernah berperang di Uhud untuk menyusul dan melawan mereka. Rasul melarang orang munafik ikut serta. Dengan semangat kaum muslim yang tadinya sudah kepayahan, bergerak menyusul pasukan musuh. Alhamdulillah pasukan muslim menang, dan mereka mendapatkan harta rampasan perang. Sementara kaum Quraish kembali ke Mekkah membawa kekalahan. Allah pun menolong. Perlu diketahui, umat Islam dalam berperang bukan menyerang tapi karena diserang lebih dahulu dan berperang demi menegakkan agama tauhid.

Dalam skala kecil, kisah Özil mungkin bisa seperti itu. Ketika sudah kepayahan, pastilah pertolongan Allah akan datang. Bukankah hanya Dia Yang Maha Segalanya?

Seperti yang Rasulullah pesankan sejak 14 abad lalu. Nabi SAW sudah mewanti-wanti pentingnya sikap saling peduli terhadap sesama Muslim:

"Barangsiapa yang bangun tidur di pagi hari tanpa memikirkan masalah-masalah kaum Muslimin, dia bukan termasuk golonganku (kaum muslim)."
(Hadits riwayat At-Thabrani)

Allah pun akan menyertai kehidupan hamba-hamba-Nya. Rasul bersabda, “Allah akan terus menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.”
(HR. Bukhari).

Semoga engkau terus menjaga Allah, Özil, dan Allah pun menjagamu.
Aamiin ya rabbal aalamiin...


Jakarta, Desember 2020

*tulisan ini adalah lanjutan tulisan tentang Ozil dan juga pernah dimuat di Komunitas Belajar Menulis.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

  Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan y...