Bravo, Özil!
Wir sind stolz auf
Dich!
Menjelang akhir tahun 2019 nama Mesut Özil ramai disebut karena keberpihakannya terhadap kondisi muslim Uighur. Saya suka lihat kelincahan Mesut Özil. Bukan hanya karena dia bermain di kesebelasan Tim Panser, tim favorit saya setiap ajang Piala Dunia dan Eropa. Dia juga sangat peduli terhadap nasib rakyat Uighur.
Mesut Özil yang keturunan Turki membela segenap hati di lapangan hijau untuk negara barunya, Jerman. Lelaki kelahiran 15 Oktober 1988 ini menjadi tim nasional Jerman tahun 2009. Selama ajang Piala Dunia 2010 perhatian internasional tertuju kepadanya sebagai calon pemain terbaik selama turnamen. Dengan tulus hati pun dia memohon agar negara-negara lain peduli terhadap nasib muslim Uighur.
Dan dengan prestasi keren tetap menjadikan Özil muslim yang rendah hati, menjalankan hari-hari di luar lapangan sebagai seorang muslim yang beribadah sesuai syariah agama. Di bulan Ramadhan dia tetap berpuasa, dan saat umroh banyak jamaah yang kagum kepadanya.
Özil adalah generasi
ketiga keluarga Turki yang sudah berkewarganegaraan Jerman. Sebagai seorang
muslim sekarang Mesut Özil terluka hatinya melihat muslim Uighur. Meski ditekan
dan diboikot pertandingan klubnya, Özil bergeming. Tak perlu menjadi seorang
muslim untuk bersimpati terhadap kejahatan kemanusiaan. Dan itu dilakukan
pemain sepakbola dari kesebelasan kelas dunia, Deutsche
Fußball-Weltmeisterschaft alias Tim Panzer.
Betul banget pendirian
Özil, ingat pesan Rasulullah :
“Perumpamaan
orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati
bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh
tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Bagaimana dengan kita
di sini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar