Selasa, 04 Mei 2021

Salam Hangat dari Negeri Habasyah

 

                                           foto: dok.suara islam

Ramadhan tahun ini masih dalam suasana pandemi. Meski banyak masjid menyelenggarakan shalat Tarawih berjamaah, disertai dengan prosedur kesehatan. Saya pribadi mengurangi shalat Tarawih di masjid, dan melakukannya di rumah. Semasa belum wabah, saya sering shalat dan itikaf di masjid Sunda Kelapa.

Satu ketika sebelum wabah saya saat shalat Zuhur di masjid tersebut, dilanjut dengan menyimak tausiah kajian Ba’da Zuhur. Ada perempuan berkulit gelap berjalan ke arah saya, mengambil Qur'an di rak, dan merapikan duduknya.

Senyumnya saya balas senyum dengan pertanyaan, “Antum dari mana?”

Dia bilang, dia aslinya dari Ethiopia dan sudah beberapa tahun tinggal di Jakarta. Sebelum menyebut Ethiopia, dia menyebutkan nama Bilal bin Rabbah, salah satu sahabat Rasulullah yang dijamin Allah masuk surga. Bilal berasal dari Habasyah, atau Ethiopia sekarang.

 

"Ya, Bilal bin Rabbah muadzin?" Perempuan itu mengangguk senang.

Kami bicara dengan bahasa campur-campur karena saya takak bisa bahasa Arab, dan dia hanya sedikit tahu kosa kata bahasa Indonesia.

Ketika saya tunjukkan ke dia tokoh Bilal di film lewat layar HP saya, dia senang dan berseru, "kulit sama... Sama..." Dia menunjukkan kulit tangannya. Kami tertawa.

Lalu, saya bertanya lagi, "Najasyi from Habasyah?"

Perempuan ini makin senang campur kaget. dia mengangkat kedua tangannya sambil berseru, "Masya Allah... Masya Allah... Muslim Indonesia tahu Najasyi?" Saya mengangguk, juga campur terharu.

Siapa yang tidak terharu mendengar kisah Raja Najasyi dari Habasyah? Sejarawan Martin Lings dalam bukunya yang sangat terkenal Muhammad menyebutnya Raja Negus. Allah SWT mengabadikan peristiwa Raja Najasyi mendapat hidayah, di surat Al-Maidah ayat 82-83.

Di jaman Rasulullah dulu, saat kaum muslimin tertindas dan tertekan oleh musyrikin Quraisy, sebagian mengungsi ke negeri Habasyah (atau sekarang wilayah Ethiopia). Rasulullah menganjurkan itu karena beliau mendengar kabar, raja di sana terkenal adil, jujur dan bijaksana. Raja tersebut pasti akan melindungi kaum yang meminta perlindungan atau suaka.

Sayangnya ada sebagian orang Quraisy yang tidak suka kalau umat muslim mendapatkan kebaikan hati dari raja Habasyah. Diutuslah utusan ke Raja Najasyi agar sang raja mengusir kembali kaum muslim kembali ke Mekkah.

Raja Najasyi tidak percaya begitu saja laporan orang Quraisy yang licik itu. Dia tak mau termakan isu. Dipanggilnya wakil dari kaum muslimin untuk menghadapnya. Ja'far bin Abi Thalib pun datang menemui Raja Najasyi. Sang Raja menanyai tentang agama baru yang dibawa Rasulullah, sampai membuat marah masyarakat Quraish. Dengan cerdas Ja'far pun menjelaskan, bahwa Rasulullah mengajarkan hanya menyembah Allah, dan mengakui Muhammad adalah utusan Allah.

Kemudian Raja Najasyi yang penganut Nasrani ini meminta Ja'far bin Abi Thalib membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Ja'far pun membacakan Surat Maryam yang saat itu belum lama turun kepada Nabi Muhammad.

Di luar dugaan, Raja Najasyi tertegun dan meneteskan air mata. Dia membenarkan ayat-ayat Surat Maryam yang berkisah tentang kerasulan Nabi Isa alaihissalam. Isinya tidak berbeda dengan kitab yang dimilikinya. Kemudian Raja Najasyi mengucapkan dua kalimat syahadat, menyatakan diri masuk agama Islam yang dibawa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Di kemudian hari ketika Raja Najasyi wafat dan Rasulullah belum sempat bertemu, Rasulullah mendirikan shalat ghaib sebagai penghormatan atas kebaikan dan kesolehan Raja Najasyi dari Habasyah. Disebutkan juga dalam beberapa riwayat, Raja Najasyi termasuk salah satu sahabat Rasulullah.

Islam rahmatan Lil al'alamiin. Bukan saja dirasakan Najasyi. Perempuan asal "Habasyah" di sebelah saya ini juga merasakan hal yang sama. Katanya, berada di tengah-tengah Muslim Indonesia dia serasa memiliki saudara. Kendala bahasa yang ada, tidak menjadi halangan. Dia tidak takut, karena dia hanya bergantung kepada Allah. Rejeki juga dia sebut Ar-Razak sudah disediakan bagi hamba-hamba-Nya.

Saya bergetar merasakan rahmatan Lil al'alamiin.... Insya Allah lain hari bertemu lagi dengan Naima, nama perempuan itu.


23 Ramadhan 1442

4 komentar:

Mimpi Indah di Akhir Ramadhan

  Perempuan itu merindukan mimpi yang pernah dialaminya lima belas tahun lebih yang lalu. Mimpi dini hari menjelang berakhirnya Ramadhan y...